Bisnis.com, PEKANBARU—Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) meminta pemerintah daerah dan perusahaan swasta di Riau untuk menyiapkan langkah antisipasi pecegahan kebakaran hutan, karena periode Mei-Agustus 2014 ini diperkirakan memasuki musim kemarau.
Deputi Penanggulangan Darurat Bencana BNPB Tri Budiarto mengatakan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Riau berpotensi meningkat pada periode Mei hingga Agustus 2014, seiring memasuki musim kering atau musim kemarau.
“Saat ini memang titik api tidak terlalu banyak, tetapi memasuki musim kemarau Mei hingga Agustus diprediksi karhutla akan kembali meningkat,” kata Tri Budiarto disela-sela seminar nasional, bertema “Solusi Tuntas Riau Bebas Asap, di Pekanbaru, Selasa (29/4/2014).
Tri Budiarto mengatakan masalah yang tidak perlu diperdebatkan lagi adalah 99% penyebab karhutla adalah akibat ulah tangan manusia dengan cara sengaja dibakar.
Pemerintah, kata Tri, sangat mengharapkan partisipasi dari akademisi seperti pakar gambut, pakar tanah dan lingkungan agar kedepan tidak ada lagi saling salah menyalahkan dan mencari kambing hitam atas persoalan ini. Masukkan dari korporasi di Riau agar persoalan masalah kebakaran hutan bisa dituntaskan juga sangat penting.
Pada kesempatan sama, Presiden Direktur PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) Kusnan Rahmin mengatakan mitigasi awal untuk pencegahan kebakaran hutan sudah menjadi kegiatan rutin di perusahaan setiap hari. Pengawasan dan mitigasi, lanjutnya, tentunya akan ditingkatkan saat musim kemarau tiba ini.
“Kami memiliki 875 personil Tim Reaksi Cepat untuk Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran dan 400 orang Masyarakat Peduli Api yang selalu sia memantau titik api,” ujar dia.
Kusnan mengemukakan pengawasan titik api juga dilakukan pada area di sekitar konsesi hutan yang dikelola masyarakat. Sebab, lanjutnya, kebakaran hutan di sekitar kawasan konsesi berpotensi meluas dan ikut merembet masuk ke dalam konsesi.
“Kami juga ikut memantau titik api di sekitar konsesi jangan sampai meluas,” ujarnya.
Perusahaan juga akan membantu masyarakat sekitar yang ingin membuka lahan dengan menggunakan alat berat untuk menghindari pembukaan lahan dengan cara di bakar. Namun, lanjutnya, terkadang masyarakat menolak membuka lahan dengan alat berat karena masih beranggapan cara dibakar merupakan jalan paling efektif.
"Untuk itu, diperlukan edukasi yang terus menerus kepada masyarakat, agar membuka lahan dengan cara di bakar itu tidak benar," ujarnya.
Kusnan juga menyambut positif ajakan BNPB untuk berbagi praktek terbaik dalam pencegahan dan penanggulangan kebakaran lahan dan asap di Riau. RAPP sudah menginvestasikan US$6 juta untuk peralatan pencehagan dan penanggulangan kebakaran dan biaya Rp2 miliar untuk biaya perawatannya. Perusahaan juga melakukan pendekatan yang proaktif terkait pencegahan kebakaran yaitu dengan mengintegrasikan teknologi pengelolaan hutan lestari dengan sistem deteksi dini yang dinamakan FDR (Fire Danger Rating) dalam manajemen pencegahan kebakaran.