BANGALORE–Pertumbuhan di negara-negara berkembang di Asia akan tertahan pada tahun ini dan hanya menyumbang sedikit untuk pertumbuhan global, meskipun mitra dagang di kawasan Barat menunjukkan pemulihan.
Prediksi ini diperoleh dari jejak pendapat yang dilakukan oleh Reuters dan dipublikasikan Jumat (25 /4/2014
Secara umum, kondisi bergantung pada performa China sebagai kekuatan ekonomi terbesar kedua di dunia. Setelah menyentuh tingkat pertumbuhan dua digit selama 3 dekade terakhir, ekonomi China melambat dan mendorong usaha pemerintah untuk fokus pada permintaan pasar dalam negeri.
Konsensus Reuters yang melibatkan 200 ekonom pada 15-24 April memprediksikan pertumbuhan ekonomi China, India, Indonesia, Singapura, dan Thailand akan stagnan atau melambat.
Laporan tersebut mengindikasikan bahwa peran Asia yang selama ini menggenjot pertumbuhan global akan berkurang dan butuh waktu lama untuk kembali ke keadaan semula.
Pertumbuhan global akan melaju di kecepatan moderat, di saat negara-negara berkembang, termasuk Amerika Latin, juga tengah berada di tahun penuh tantangan.
“Wilayah-wilayah ini (negara berkembang) akan berlanjut stabil, tidak memburuk, namun tidak membaik,” kata ekonom dan periset mata uang di DBS Bank, David Carbon, Jumat (25/4/2014Kegiatan).
Sesuai dengan banyak prediksi, pertumbuhan China pada kuartal pertama melaju paling lambat dalam kurun 18 bulan, mempertegas peringatan atas perekonomiannya.
Para ekonom memprediksikan pertumbuhan tahun ini sebesar 7,3 bagi China, yang merupakan laju paling lambat sejak 1990, dan diperkirakan akan menjadi 7,2 pada tahun depan.
“Dikhawatirkan akan terjadi pendaratan keras meski kondisi PDB tidak mencerminkan hal itu,” kata Carbon.
Belum dapat diprediksi bagaimana China akan mengelola ekonominya yang didorong oleh investasi kredit sejak krisis keuangan melanda.
Para pengambil kebijakan di Beijing tampaknya tak gentar. Mereka menyampaikan bahwa perlambatan tingkat moderat telah diprediksi dan akan terus berlanjut.
Di negara-negara lain di Asia, pertumbuhan diperkirakan tak bernasib jauh berbeda. Investor mungkin akan menarik dana dari kawasan Asia dan menempatkannya di negara-negara berkembang yang kini kondisi ekonominya mulai pulih.
Ekonomi India misalnya, diprediksikan akan tumbuh stagnan 5,5% pada tahun fiskal 2014/2015 terdorong oleh isu pemilihan umum.
“Merupakan risiko terbesar jika kami tidak dapat menjalankan kebijakan yang benar sebagai dampak dari koalisi politik di pemerintahan baru,” kata ekonom Sandard Chartered Bank, Anubhui Sahay.