Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Batik Jabar Siap Bersaing dengan Impor

Perajin batik di Jawa Barat optimistis dapat bersaing saat digulirkannya pasar bebas Asean 2015 yang dibuktikan atas kemampuan kualitas produk meramaikan pasar domestik maupun ekspor.

Bisnis.com, BANDUNG—Perajin batik di Jawa Barat optimistis dapat bersaing saat digulirkannya pasar bebas Asean 2015 yang dibuktikan atas kemampuan kualitas produk meramaikan pasar domestik maupun ekspor.

Ketua Harian Yayasan Batik Jawa Barat (YBJB) Komarudin Kudiya mengatakan produk batik domestik tidak akan kalah bersaing dengan impor karena telah memiliki ciri khas tersendiri. Bahkan, peluang untuk ekspor terus tumbuh besar.

“Sampai kapanpun batik Indonesia atau Jabar tidak akan terkalahkan oleh impor. Apalagi batik telah menjadi warisan budaya Indonesia yang telah ditetapkan UNESCO,” katanya kepada Bisnis, Kamis (3/4/2014).

Dia menjelaskan batik China misalnya memang besar dalam volume perdagangan, tetapi coraknya sedikit, sementara batik lokal unggul dalam kekayaan motif.

Tetapi tidak menutup kemungkinan China akan melakukan variasi terhadap motif-motif batik untuk menyesuaikan dengan kompetitor lokal.

“Tetapi produksi batik mereka itu hanya sebatas tesktil yang bermotif batik, bukan batik tulis. Jadi kami yakin produksi batik tetap bertahan saat digulirkannya pasar bebas Asean,” ujarnya.

Meski demikian, ujarnya, bahan baku batik hampir 80% masih impor mulai dari zat pewarna, benang, kain sutra, dan lainnya.

Dia mencontohkan bahan baku sutra yang impor sekarang mencapai Rp800.000 per kilogram, jauh lebih tinggi dari harga sebelumnya di kisaran Rp500.000 per kilogram.

Menurutnya, margin keuntungan yang didapat akibat bahan baku yang diimpor hanya sedikit.

Dia mengungkapkan permintaan pasar lokal dan ekspor terhadap kain batik sutra cukup tinggi setiap tahunnya. Dalam satu bulan, permintaan batik sutra di Jabar mencapai 3.000 – 5.000 potong kain batik.

“Kalau ada pasokan sutra dari lokal, maka harga bahan baku bisa jauh lebih murah.”

Komar mengatakan sejumlah daerah di Indonesia sebenarnya memproduksi benang sutra, tetapi belum bisa memenuhi permintaan.

Berdasarkan data dari YBJB jumlah perajin batik di Jabar mencapai 2.925 orang dengan total produksi per tahun mencapai 701.003 potong kain batik.

Secara terpisah, perajin batik di Ciwaringin Kabupaten Cirebon Jawa Barat mengeluhkan aturan ekspor ke China yang memukul rata harga untuk semua jenis batik.

Pemilik Ciwaringin Batik Kabupaten Cirebon Muhammad Suja’I mengaku permintaan batik tulis ke China saat ini mencapai 1.000 potong/minggu, namun pesanan hanya bisa dipenuhi sebanyak 500 potong/minggu.

“Perajin hanya bisa memenuhi permintaan setengahnya karena harga batik yang ditawarkan cukup rendah yakni Rp100.000/potong. Hal itu jelas tidak bisa diterima oleh seluruh perajin di Ciwaringin,” katanya.

Oleh karena itu, pihaknya meminta pemerintah membantu pemasaran ekspor batik yang lebih luas agar keuntungan yang didapatkan perajin jauh lebih tinggi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Rustam Agus

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper