Bisnis.com, SURABAYA -- Pemilihan Umum Legislatif yang digelar 9 April mendatang tak memicu lonjakan harga (inflasi), utamanya untuk kategori sandang di wilayah Jawa Timur.
Kepala Bidang Statistik Distribusi Badan Pusat Statistik Jawa Timur Sapuan menguraikan indikator kenaikan harga (inflasi) pada Maret 2014 di Jawa Timur 0,23%, turun dari Februari 0,28%.
"Data itu bisa diartikan tekanan harga menjelang Pemilu tidak terjadi, bahkan tekanannya cenderung menurun," jelasnya saat paparan publik di Surabaya, Selasa (1/4/2014).
Menurut Sapuan, tekanan harga juga tidak tercermin dari komoditas yang terkait dengan pemilihan seperti sandang.
Kelompok sandang secara keseluruhan hanya menyumbang 0,22% dari inflasi Maret 0,23%.
Bahkan, lanjut dia, sandang laki-laki hanya berkontribusi 0,14% dari kenaikan harga sandang, pakaian wanita 0,18%, anak-anak 0,31% dan barang lain 0,24%.
"Data itu bisa berarti menjelang pemilu ini permintaan sandang landai, itu artinya permintaan kaos bisa jadi tidak sekencang Pemilu sebelumnya," urainya.
Merujuk data BPS, April 2009 yang notabene bertepatan dengan pemilihan legislatif terjadi deflasi 0,47% dari inflasi Maret periode yang sama 0,35%.
Adapun pada 2004, Pemilu legislatif yang digelar April memicu inflasi 0,59% dibanding Maret periode yang sama 0,36%. Bahkan inflasi Mei kala itu 0,72%.
Sapuan menguraikan, perbandingan data pada momen Pemilu itu bisa jadi mencerminkan perubahan pola kampanye, setidaknya tercermin dari rendahnya permintaan kaos.
"Kami tidak mencermati khusus dampak Pemilu, tapi data inflasi bisa menjadi referensi kondisi ekonomi riil," tambahnya.
Dalam kesempatan yang sama, Sapuan menguraikan kelompok makanan mengalami deflasi 0,37% dari inflasi Maret 0,23%.
Sedangkan makanan jadi menyumbang kenaikan 0,42% dari inflasi bulanan, perumahan 0,31%, sandang 0,22%, kesehatan 0,60%, pendidikan, rekreasi dan olahraga 0,24% dan transportasi, komunikasi dan jasa keuangan 0,56%.