Cari berita
Bisnis.com

Konten Premium

Bisnis Plus bisnismuda Koran Bisnis Indonesia tokotbisnis Epaper Bisnis Indonesia Konten Interaktif Bisnis Indonesia Group Bisnis Grafik bisnis tv

Petani Jabar Kewalahan Penuhi Permintaan Padi Organik

Petani padi organik di Kabupaten Tasikmalaya Jawa Barat kewalahan memenuhi permintaan beras ekspor akibat semakin menurunnya produksi karena berkurangnya jumlah petani yang fokus menggarap bahan pangan tersebut.
Adi Ginanjar Maulana
Adi Ginanjar Maulana - Bisnis.com 27 Maret 2014  |  14:16 WIB
Petani Jabar Kewalahan Penuhi Permintaan Padi Organik
Ilustrasi - Bisnis.com

Bisnis.com, TASIKMALAYA - Petani padi organik di Kabupaten Tasikmalaya Jawa Barat kewalahan memenuhi permintaan beras ekspor akibat semakin menurunnya produksi karena berkurangnya jumlah petani yang fokus menggarap bahan pangan tersebut.

Ketua Gapoktan Sauyunan Kabupaten Tasikmalaya Saeful Bahri mengatakan permintaan padi organik dari Eropa dan Amerika hanya terpenuhi 50%, dengan realisasi sebesar 210 ton.

"Permintaan ekspor baru terpenuhi 50% saja. Produksi padi organik masih stagnan bahkan terjadi kemunduran. Kami mengharapkan pada tahun ini target ekspor dapat terpenuhi," kata Saeful kepada Bisnis, Kamis (27/3/2014).

Dia menyebutkan produksi beras organik terjadi kemunduran sejak  tiga tahun terakhir. Pada 2010, kelompok petani padi organik terdapat di 7 kecamatan dan saat ini hanya terdapat di 4 kecamatan yakni Kecamatan Manonjaya, Salawu, Cisayong, dan Sukahening.

"Terus terang saja sekarang kelompok tani juga malah menurun. Dampaknya produksi padi organik juga menurun karena penggarapnya berkurang," ungkapnya.

Salah satu faktor kemunduran karena tidak ada dukungan dari pemerintah, seperti pembinaan dan pendampingan baik dalam produksi maupun pengelolaan pascapanen.

Sudah hampir tiga tahun ini, kata dia, petani organik nyaris tidak mendapatkan pembinaan, apalagi bantuan barang seperti bibit juga sarana pertanian.

"Tanpa dorongan pemerintah terutama pelatihan dan pembinaan, pengembangan padi organik ini sangat sulit. Setidaknya ada dorongan moril dari pemerintah daerah," katanya.

Padahal, menurut dia, dari sisi keuntungan ekonomi para petani sangat potensial. Dari sisi harga sangat tinggi demikian juga prosfek pasar masih sangat luas karena pasokan padi organik masih terbatas.

"Bandingkan saja, harga gabah kering giling padi organik Rp6.000/Kg, sedangkan padi biasa hanya Rp4.500/Kg," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini, di sini :

padi petani produksi padi

Sumber : Anep Paoji

Editor : Nurbaiti

Artikel Terkait



Berita Lainnya

    Berita Terkini

    back to top To top