Bisnis.com, JAKARTA - Bank of Japan (BoJ) akan mempertahankan stimulus moneter dalam jumlah besar dengan asumsi ekonomi negara itu mampu meredam dampak penaikan pajak penjualan pada April tanpa dukungan ekstra.
Hal itu dilakukan BoJ meski ada kekhawatiran pelemahan ekspor di masa datang.
Kebijakan dewan direksi BoJ tersebut diambil seiring dengan meningkatnya produk industri, permintaan tenaga kerja dan belanja konsumen. Kondisi itu mendukung pandangan ekonomi mereka bahwa ekonomi akan terus mengalami pemulihan secara bertahap dan target inflasi 2% bisa dicapai dalam 12 bulan ke depan sebagaimana dikutip Reuters.com, Selasa (11/3/2014).
Setelah melakukan pertemuan selama dua hari, bank sentral itu dilaporkan akan mempertahankan peningkatan stimulus sebagai indikator kebijakan moneter sebesar 60-70 triliun yen atau US$590-US$690 miliar per tahun.
BoJ meluncurkan program stimulus pada April tahun lalu. Selain itu para penentu kebijakan moneter tersebut menyatakan pihaknya akan menaikkan inflasi menjadi 2% dalam dua tahun melalui pembelian obligasi besar-besaran. Tujuannya adalah mengakhiri deflasi yang terjadi sejak 15 tahun.