Bisnis.com, MAKASSAR—Ekonomi kawasan Sulawesi,Maluku, dan Papua (Sulampua) bakal terkoreksi menjadi 5,4%-5,9% pada 2014, karena penurunan aktivitas tambang akibat pengaturan ekspor mineral dalam bentuk mentah
Penurunan pertumbuhan ekonomi itu cukup signifikan dibandingkan dengan pencapaian 2013 sebesar 8,7%. Pertumbuhan ekonomi Sulampua pada tahun lalu meningkat dibandingkan dengan 2012 sebesar 8,1%. Berbanding terbalik dengan pertumbuhan ekonomi nasional yang menurun menjadi 5,78%.
Deputi Kepala Perwakilan Kantor Bank Indonesia Wilayah I Sulampua Causa Iman Karana mengutarakan pembatasan aturan ekspor tambang bakal menghambat aktivitas sektor tersebut, sehingga menekan pertumbuhan ekonomi Sulampua.
“Pertumbuhan ekonomi hanya sekitar 5,4%-5,9%. Inflasi juga diperkirakan terkoreksi setelah penyesuaian harga BBM menjadi di kisaran 4,7%-5,2%,” ujarnya saat menjadi pembicara dalam Seminar Kajian Ekonomi Regional Sulsel 2014 di Makassar, Selasa (4/3).
Dia mengutarakan sektor pertambangan dan penggalian pada 2013 memberikan kontribusi pertumbuhan ekonomi Sulampua sebesar 18,3%, sehingga ekonomi akan tertekan apabila ekspor tambang dibatasi.
Kontribusi pertumbuhan ekonomi terbesar kedua adalah keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan yang mencapai 13,7%. Perdagangan, hotel dan restoran berada diurutan ketiga sebesar 9,9%.
Khusus untuk provinsi Sulawesi Selatan pada 2014 diperkirakan tumbuh sebesar 7%-8%, masih berada di level pencapaian 2013 sebesar 7,65%. Namun, menurut Iman, pertumbuhan ekonomi Sulsel sangat tergantung dengan penyelesaian proyek infrastruktur, baik oleh pemerintah dan perdagangan dengan luar negeri.
Adapun, inflasi Sulsel pada 2014 diproyeksikan berada pada kisaran 4,3%-5,3%. “Namun, akan mengalami tekanan pada awal tahun terutama untuk core inflation,” kata Iman.
Penurunan pertumbuhan ekonomi itu cukup signifikan dibandingkan dengan pencapaian 2013 sebesar 8,7%. Pertumbuhan ekonomi Sulampua pada tahun lalu meningkat dibandingkan dengan 2012 sebesar 8,1%. Berbanding terbalik dengan pertumbuhan ekonomi nasional yang menurun menjadi 5,78%.
Deputi Kepala Perwakilan Kantor Bank Indonesia Wilayah I Sulampua Causa Iman Karana mengutarakan pembatasan aturan ekspor tambang bakal menghambat aktivitas sektor tersebut, sehingga menekan pertumbuhan ekonomi Sulampua.
“Pertumbuhan ekonomi hanya sekitar 5,4%-5,9%. Inflasi juga diperkirakan terkoreksi setelah penyesuaian harga BBM menjadi di kisaran 4,7%-5,2%,” ujarnya saat menjadi pembicara dalam Seminar Kajian Ekonomi Regional Sulsel 2014 di Makassar, Selasa (4/3).
Dia mengutarakan sektor pertambangan dan penggalian pada 2013 memberikan kontribusi pertumbuhan ekonomi Sulampua sebesar 18,3%, sehingga ekonomi akan tertekan apabila ekspor tambang dibatasi.
Kontribusi pertumbuhan ekonomi terbesar kedua adalah keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan yang mencapai 13,7%. Perdagangan, hotel dan restoran berada diurutan ketiga sebesar 9,9%.
Khusus untuk provinsi Sulawesi Selatan pada 2014 diperkirakan tumbuh sebesar 7%-8%, masih berada di level pencapaian 2013 sebesar 7,65%. Namun, menurut Iman, pertumbuhan ekonomi Sulsel sangat tergantung dengan penyelesaian proyek infrastruktur, baik oleh pemerintah dan perdagangan dengan luar negeri.
Adapun, inflasi Sulsel pada 2014 diproyeksikan berada pada kisaran 4,3%-5,3%. “Namun, akan mengalami tekanan pada awal tahun terutama untuk core inflation,” kata Iman.