Bisnis.com, SAMARINDA - Petani cabai di Kalimantan Timur semestinya bisa meraup untung ketika terjadi cuaca gelombang besar di Laut Jawa dan Selat Makassar.
Pada saat itu, pasokan distribusi sayur mayur terutama cabai akan terganggu dan harga melambung tinggi, sehingga momen ini bisa dimanfaatkan petani cabai memanen keuntungan.
"Saya pernah bisa membeli mobil Honda Jazz dari menanam cabai sepertiga hektare ketika harga cabai sangat tinggi di Samarinda. Semua teman petani tidak ada yang percaya dengan pendapatan saya. Tapi, ini pengalaman yang sudah terbukti," kata Hasim, salah satu petani yang ikut Forum Diskusi Rencana Pengembangan Klaster Cabai di Samarinda diselenggarakan Bank Indonesia Provinsi Kaltim, Kamis (27/2/2014).
Dalam forum ini, Hasim juga pernah untung besar saat harga tomat melambung tinggi pada 2007. Ketika itu, tomat harga Rp3.000 per kg melesat menjadi Rp 25.000 per kg.
Dari jual sayur tomat, dia meraup untung hingga Rp400 juta. Dia berharap Bank Indonesia dan instansi terkait mau membina petani cabai agar bisa memprediksi saat harga sayur mayur melonjak di Kaltim karena gelombang laut tinggi.
Menurut Hasyim, kebutuhan cabai di Samarinda sebagai ibu kota Kaltim sangat tinggi. Bahkan, dari survei yang dilakukan ke rekan-rekannya pedagang cabai, angka kebutuhan cabai setiap pekan bisa menembus 50 ton.
Harga cabai diperkirakan terus naik berfluktuasi ketika pengiriman sayur dari Sulawesi dan Jawa terganggu cuaca. Apalagi adanya peristiwa erupsi Gunung Kelud, maka pasokan sayur akan berkurang ke Kaltim dan harganya tinggi.