Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tekan Disparitas Harga, Samarinda Kembangkan Klaster Cabai

Ibukota Provinsi Kaltim, Samarinda akan mengembangkan klaster cabai guna menekan disparitas harga yang cukup tinggi serta meredam angka inflasi di daerah tersebut.
/Cabai Merah Keriting
/Cabai Merah Keriting

Bisnis.com, SAMARINDA - Ibukota Provinsi Kaltim, Samarinda akan mengembangkan klaster cabai guna menekan disparitas harga yang cukup tinggi serta meredam angka inflasi di daerah tersebut.

Petani cabai di daerah Samarinda masih belum bisa menikmati tingginya harga komoditas cabai di pasaran. Harga cabe di tingkat petani Samarinda hanya Rp 10.000 per kilogram, sangat rendah dibandingkan dengan harga cabai di pasar mencapai Rp 36.000.

"Perbedaan harga yang dinikmati pedagang cabai dari petani di Samarinda sampai 260%. Ini tak sebanding dengan risiko gagal panen yang harus ditanggung petani. Mata rantai ini harus diputus dengan ada klaster cabai di Samarinda," jelas Kepala Dinas Pertanian Kota Samarinda, Marwansyah, Kamis (27/2/2013) dalam Forum Diskusi Rencana Pengembangan Klaster Cabai di Samarinda.

Forum diskusi ini diselenggarakan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kaltim dengan Pemkot Samarinda, yang ditetapkan sebagai klaster cabai. Penetapan klaster ini karena pasar cabai di ibukota Provinsi Kaltim ini sangat besar.

Selain itu, komoditas cabai masih sangat besar menyumbang inflasi. Cabai masuk rangking 10 besar terhadap andil inflasi dalam 3 tahun terakhir. Fluktuasi harga cabai juga dari tahun ke tahun cukup tinggi.

"Setiap satu pekan, Samarinda membutuhkan 10 ton cabai. Namun, produksi cabai oleh petani setempat masih belum mencukupi. Samarinda masih menjadi pangsa pasar cabai dari Jawa dan Sulawesi," ujar Marwansyah.

Dari data Dinas Pertanian Samarinda, produksi cabai di Samarinda hanya sekitar 4.400 kuintal cabe besar dan 1.320 kuintal cabe rawit pada 2013, dengan luas tanam masih kecil, masing-masing 55 hektar dan 33 hektar.

"Saat ini, modal budidaya penanaman cabai di Samarinda masih dibiayai pengumpul. Sehingga, distribusi cabai masih pincang (dikuasai pengumpul). Petani cabai perlu dibantu dengan kerja sama perbankan dan instansi pemerintah," kata Marwansyah.

Peneliti dari Bank Indonesia Provinsi Kaltim, Sunarso mengatakan seiring dengan penetapan Samarinda menjadi klaster cabai, rencananya pada 2014 dilakukan pemilihan local champion untuk menentukan sentra daerah cabai, pelatihan untuk peningkatan kualitas budidaya, penguatan program budi daya dan membuat kebun bibit.

"Lalu, pada 2015 dilakukan penguatan perlakuan pascapanen ke petani, penguatan lembaga dan modal sosial, membuka akses perbankan. Dan, pada 2016, pembentukan koperasi atau asosiasi, sentra cabai, akses ke pasar lokal regional dan industri dan diversifikasi produk," kata Sunarso.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Muhamad Yamin
Editor : Nurbaiti
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper