Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jepang-AS Gagal Capai Kesepakatan Pakta Perdagangan

Diskusi bilateral antara Jepang dan Amerika Serikat terkait pakta perdagangan Pasifik berakhir tanpa adanya kesepakatan untuk mengurangi hambatan perdagangan.
/Ilustrasi
/Ilustrasi

Bisnis.com, SINGAPURA - Diskusi bilateral antara Jepang dan Amerika Serikat terkait pakta perdagangan Pasifik berakhir tanpa adanya kesepakatan untuk mengurangi hambatan perdagangan.

Akira Amari, Menteri Ekonomi Jepang di Tokyo, Senin (24/2/2014), menyebutkan masih ada kesenjangan yang cukup besar di antara kedua negara.

Seperti dikutip Reuters, Selasa (25/2/2014), salah satu rintangan terbesar dalam kesepakatan Trans-Pacific Partnership (TPP) antara Jepang dan Amerika Serikat masih terkait dengan perbedaan mengenai tarif produk pertanian. Padahal, pertemuan TPP yang diadakan di Singapura akan berakhir pada hari ini, Selasa (25/2).

Selain itu, Amari mengatakan tidak ada pembicaraan level menteri antara Jepang dan Amerika Serikat yang dijadwalkan pada Selasa, (25/2). “Meskipun begitu, diskusi yang ada saat ini sudah cukup mendalam,”imbuhnya.

Ketika ditanya mengenai prospek terkait pembahasan final TPP, Amari hanya mengatakan diskusi TPP masih membutuhkan beberapa waktu untuk mencapai konsensus antara negara yang berkepentingan.

“Ada beberapa area yang sudah mencapai kesepakatan. Itu tandanya sudah ada kemajuan pada diskusi kali ini,”ucapnya.

TPP yang mencakup 40% dari ekonomi dunia bertujuan untuk merumuskan standar umum terkait regulasi tenaga kerja dan proteksi lingkungan. Namun, hingga saat ini TPP yang melibatkan 12 negara anggota masih menghadapi banyak rintangan antara lain tarif impor.

Jepang mengupayakan untuk melindungi produk pertanian seperti beras, gandum, daging sapi, babi, susu, dan gula dari serbuan produk pertanian luar negeri.

Para negosiator lainnya berharap draf kesepakatan akan selesai saat Presiden Amerika Serikat Barrack Obama mengunjungi Jepang pada April mendatang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Nurbaiti
Sumber : Reuters

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper