Bisnis.com, JAKARTA - Beredarnya stiker bergambar Pak Harto mendapat perhatian Rektor Universitas Gajah Mada Pratikno.
Rektor UGM Pratikno menyatakan kalangan akademisi dan aktivis prodemokrasi mendapat kritikan lewat media stiker bergambar mantan presiden Soeharto tersenyum dengan mengangkat salah satu tangannya bertuliskan kira kira "Halo bro, enak jaman saya dulu kan."
Stiker yang banyak nempel pada angkutan umum di Yogyakarta maupun daerah lain di Indonesia seharusnya mengusik kalangan akademisi dan aktivis, ujar Pratikno.
Gambar dan tulisan sederhana tersebut merepresentasikan masyarakat kalangan bawah atau grassroot tidak nyaman dengan demokrasi yang digulirkan selama 15 tahun terakhir.
Secara tidak langsung hal itu merupakan jeritan hati masyarakat yang dituangkan dalam bentuk stiker.
Pratikno tidak mempermasalahkan siapa yang membuat stiker tersebut, atau barangkali ada yang memanfaatkan momen demokrasi ini.
Tapi, ujar Pratikno, masalah yang terjadi dengan demokrasi Indonesia belakangan ini harus menjadi tanggungjawab moral bersama.
"Kalau mencoba eksplore ngobrol masyarakat di bawah, akan menuntut kita akademisi dan aktivis karena sudah menggelindingkan demokrasi, ini tanggungjawab Anda," ujar Pratikno.
Hal itu disampaikannya saat menyampaikan pidato kunci pada acara Seminar Publik Hasil Survei Perkembangan Demokrasi di Indonesia 2013 di Gedung Nusantara V DPR RI Jakarta, Selasa (25/2/2014).
Kegelisahan, lanjut Pratikno, tidak hanya dari kalangan bawah tetapi juga melanda kalangan akademisi dan aktivis sebagai aktor demokrasi. Menurut dia, perlu audit demokrasi yang mendalam.
"Audit ini tidak semata-mata gali pengetahuan tapi memperkuat jaringan di kalangan aktivis sekaligus membangun gerakan," ujar Pratikno.
Adapun UGM bekerjasama dengan Oslo University Norwegia melakukan survei terhadap kondisi demokrasi di Indonesia untuk mendukung proses demokrasi secara strategis dan kritis.
Survei dilakukan di 30 Kabupaten/Kota dengan 592 narasumber aktivis prodemokrasi dengan arah kaitan antara demokrasi dengan kesejahteraan.
Pada umumnya, para responden menanggapi demokrasi sudah berjalan dengan baik khususnya praktek formal.
Dalam siaran pers yang diterima Bisnis.com, pencapaian tertinggi terkait dengan masyarakat sipil yakni kebebasan dan peluang yang sama untuk mengakses wacana publik dan pengelolaan kehidupan mandiri warga negara yang demokratis.
Sementara pencapaian paling rendah adalah tata pemerintahan yang demokratis terdiri dari transparansi, imparsial, dan akuntabel serta kemandirian pemerintah dalam membuat dan menerapkan keputusan.
Perbedaan kualitas antara satu dengan yang lain ini menunjukkan stagnasi dalam demokrasi.