Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Gunung Anak Krakatau Kembali Normal

Kegempaan vulkanik Gunung Anak Krakatau di Perairan Selat Sunda cenderung turun, kendati sebelumnya pada Sabtu (15/2/2014) dinyatakan waspada level II.
/Perairan Selat Sunda
/Perairan Selat Sunda

Bisnis.com, BANDARLAMPUNG – Kegempaan vulkanik Gunung Anak Krakatau di Perairan Selat Sunda cenderung turun, kendati sebelumnya pada Sabtu (15/2/2014) dinyatakan waspada level II.

Kepala Pos Pemantau Gunung Anak Krakatau (GAK) di Desa Hargopancuran Kabupaten Lampung Selatan, Andi Suardi menyebutkan pada hari ini, Senin (17/2/2014) intensitas kegempaan gunung api tersebut masih normal.

"Aktivitas gunung api aktif di Selat Sunda ini masih normal. Intensitas kegempaan tertinggi di bulan ini terjadi pada 13 Februari, yakni 271 gempa vulkanik dangkal. Setelah itu, cenderung turun terus," katanya, seperti dikutip Antara, Senin (17/2/2014).

Dia mengatakan kegempaan vulkanik GAK pada 14 Februari mencapai 171 kali, kemudian keesokan harinya turun menjadi 74, dan kemarin (16/2) hanya 52.

Sehubungan itu, dia meminta masyarakat tidak terlalu khawatir dengan aktivitas Gunung Anak Krakatau saat ini karena masih tergolong normal, kendati statusnya masih berada pada level II atau waspada.

Dia juga meminta masyarakat memahami bahwa aktivitas GAK tidak berkait dengan erupsi Gunung Sinabung di Sumatera Utara dan Gunung Kelud di Jawa Timur.

Namun, dia tetap meminta nelayan dan wisatawan untuk tidak mendekati gunung aktif di Selat Sunda itu dalam radius satu sampai dua kilometer.

"Kondisi Gunung Anak Krakatau sulit diprediksi," katanya.

Kegempaan vulkanik Gunung Anak Krakatau pada Sabtu tercatat 212 kali di antaranya vulkanik A (dalam) 3 kali, vulkanik (dangkal) 177 kali, dan embusan 32 kali.

Selain itu, juga kondisi Gunung Anak Krakatau diselimuti kabut tebal akibat vulkanik kegempaan tersebut.

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Bandung, Jawa Barat, mengingatkan nelayan maupun warga dilarang mendekati kawasan Gunung Anak Krakatau di perairan Selat Sunda karena sangat membahayakan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : News Editor
Editor : Nurbaiti
Sumber : Newswire
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper