Bisnis.com, SURABAYA – Maspion Group menyatakan akan terus melakukan ekspansi bisnis berbagai sektor, salah satunya properti superblok Maspion City di Surabaya yang segera dibangun pada 2015.
Presiden Direktur Maspion Group Alim Markus mengatakan Maspion City akan memiliki beragam kebutuhan properti mulai dari hotel bintang dua hingga bintang lima, kondotel, perkantoran, mall serta pusat bisnis teknologi dan informasi terbesar di Jawa Timur.
“Nanti juga ada city check in dan kantor-kantor airlines jadi bisa beli tiket pesawat atau ambil boarding pass di sana. Sekarang kami sedang mengkonsep, saya kira paling cepat tahun depan mulai dibangun,” katanya di sela-sela perayaan Imlek Maspion Group – Asosiasi Pengusaha Komputer Indonesia (Apkomindo) Jatim, di Surabaya, Selasa malam (11/2/2014).
Alim menjelaskan lokasi Maspion City tersebut berada di Maspion Square, Jalan A. Yani yang sebelumnya sudah ada dengan tenant terbesarnya Giant hypermarket. Total luas lahan yang akan dibangun menjadi Maspion City tersebut sekitar 60.000 m2, dan rencananya akan memiliki 2 tower dengan tinggi 25 lantai.
“Nanti kebutuhan segala segmen dan tingkat sosial masyarakat termasuk anak muda ada di sana,” imbunya.
Dia menjelaskan pembangunan Maspion City akan dilakukan secara bertahap yang dimulai dari pembangunan mall dan hotel, dan tahap berikutnya akan dilakukan perluasan mall dan hotel.
Khusus untuk gadget mall akan menggunakan lahan 20.000 m2 dengan nama Maspion Square Technology (Mastech).
Alim menambahkan alasan ingin membuat pusat teknologi informasi yang besar di Surabaya lantaran perkembangan dunia teknologi saat ini begitu cepat. Untuk itu, lanjutnya, Maspion Group juga menggandeng Asosiasi Pengusaha Komputer Indonesia (Apkomindo) yang akan mengkoordinir para pelaku usaha IT di Maspion City.
“Terbukti, IT ini lah yang membuat segalanya bisa berkembang. Kalau kita tidak menggunakan IT maka akan ada keterbatasan masyarakat untuk bisa bertumbuh,” ujarnya.
Ketua Apkomindo Jatim Kurniawan Putra mengatakan pangsa pasar barang teknologi di Jawa Timur sudah mencapai 20% dari seluruh pasar Indonesia, atau kedua terbesar setelah Jakarta.
“Penjualan barang teknologi tahun lalu di Jatim juga cukup stabil walau banyak masalah ekonomi seperti kenaikan nilai dolar, bahan bakar minyak dan lainnya,” katanya.
Pertumbuhan industri teknologi ini, kata Kurniawan, lebih didorong oleh produk teknologi hybrid seperti notebook yang bisa menjadi tablet dan sebaliknya.