Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Lukminto, 'Jenderal' Penjaga Relasi

Dalam satu jamuan makan siang awal Februari 2010, H.M. Lukminto bangkit berdiri dari kursi di meja makannya. Satu meja dengannya saat itu adalah Bambang Rachmadi, pemilik bisnis makanan cepat saji Toni Jack's Indonesia.
H.M. Lukminto, pendiri PT Sri Rejeki Isman Textile Tbk. (Sritex) /bisnis.com
H.M. Lukminto, pendiri PT Sri Rejeki Isman Textile Tbk. (Sritex) /bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA - Dalam satu jamuan makan siang awal Februari 2010, H.M. Lukminto bangkit berdiri dari kursi di meja makannya. Satu meja dengannya saat itu adalah Bambang Rachmadi, pemilik bisnis makanan cepat saji Toni Jack's Indonesia.

Lukminto menyambut seorang pria, yang belakangan diketahui Kepala Unit PT Bank Rakyat Indonesia Tbk., yang berkantor tak jauh dari kawasan pabrik PT Sri Rejeki Isman (Sritex).

"Silakan Pak, monggo duduk. Mau makan apa, sate ?," Lukminto menyapa sembari menawarkan hidangan kepada pria tersebut.

Lukminto lantas memanggil pramusaji. Pesan kepada pramusaji hanya satu. "Layani Bapak itu, tawari makanan yang paling enak," katanya singkat.

Gaya Lukminto yang seperti itu terus membekas dalam ingatan saya.

Sebagai pengusaha mapan pemilik kerajaan tekstil terbesar di Jawa Tengah (Jateng), Lukminto terlihat tidak ingin membeda-bedakan kolega maupun rekan bisnisnya. Lukminto memilih berelasi tanpa jarak antara dirinya dan para koleganya.

Berangkat dari bisnis kecil, Lukminto berhasil meniti ombak bisnisnya di tengah pergantian rezim kekuasaan, sejak pertama kali pabrik Sritex berdiri di era Presiden Soeharto.

Kantor pusat Sritex di Sukoharjo Jateng, banyak memuat foto-foto memori kunjungan berbagai orang penting negeri ini ke pabrik tersebut. Hampir sebagian Presiden Indonesia pernah menyambangi pabrik Sritex.

Saat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengunjungi Karanganyar pada 2009, Lukminto bersama putranya yang kini dipercaya memimpin Sritex, Iwan Setiawan, berada di antara rombongan presiden.

Pakaian yang dipakai Lukminto pun sama dengan yang dikenakan Presiden SBY. Lukminto memang pandai menjamu dan membangun relasi.

Bahkan, kedekatannya terasa di lingkaran pejabat tinggi Tentara Nasional Indonesia (TNI). Tak heran, Lukminto dikenal di antara para jenderal negeri ini.

Hal yang berkorelasi dengan bisnis tekstil yang ditekuni. Sritex merupakan penyuplai seragam militer terbesar, tidak hanya memenuhi pasar Indonesia, melainkan menjangkau berbagai negara.

Setelah memercayakan Sritex kepada putranya, Lukminto memilih membesarkan bisnis properti yang dimilikinya, salah satunya dengan mengambil alih proyek Solo Center Point (SCP) di jantung Kota Solo.

"Saya mau belajat di properti ini. Urusan tekstil, sudah saya percayakan ke Iwan [Iwan Setiawan]," katanya.

Proyek properti SCP tersebut dibeli dari sesama kolega bisnisnya, Imelda Tio, pemilik SUN Motor Group. Sejak itu, bisnis Sritex mulai menggurita dengan menyatukan tekstil, perhotelan, pusat belanja, hingga apartemen.

Seorang pengusaha lokal pernah bercerita, Lukminto tengah menyiapkan enam proyek hotel baru di Solo dan sekitarnya.

"Tujuannya sederhana. Supaya anaknya yang kuliah di Amerika Serikat, mau kembali ke Indonesia," katanya.

Kini, sang penjamu ulung itu berpulang ke pangkuan Ilahi. Satu pesan singkat yang masuk menerangkan Lukminto wafat di Singapura pada Rabu (5/2/2014) pukul 21.40 Wib.

Rencananya, almarhum H.M. Lukminto akan dimakamkan pada Minggu (16/2/2014) pukul 13.00 WIB di Delingan Karangpandan Solo. Selamat jalan, 'jenderal'.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper