Bisnis.com, BANDUNG—Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jawa Barat mengharapkan target operasi Pelabuhan Cilamaya dipercepat guna mengatasi persoalan distribusi barang ke Pelabuhan Tanjung Priok yang sudah overload.
Wakil Ketua Apindo Jabar Ari Hendarmin mengatakan rencana operasi Pelabuhan Cilamaya dipercepat yang ditargetkan rampung pada 2022.
“Operasi Pelabuhan Cilamaya sebagai pelimbahan aktivitas bongkar harus dipercepat karena beban Tanjung Priok sudah tidak memungkinkan lagi,” katanya kepada Bisnis.com, Rabu (29/1/2014).
Dia menjelaskan pengusaha hanya ingin aktivitas ekspor-impor di pelabuhan cepat dikirim dengan biaya transportasi yang relatif wajar.
Sementara, ujarnya, saat ini biaya transportasi membengkak karena distribusi barang ke Pelabuhan Tanjung Priok sering terhambat seperti kemacetan dan banjir.
“Sekarang biaya transportasi ke Tanjung Priok bisa beberapa kali lipat karena banyaknya hambatan. Apalagi, akses menuju pelabuhan serta sebaliknya tidak dimungkinkan lagi untuk ditambah kapasitasnya,” ujar Ari.
Ari menjelaskan Pelabuhan Cilamaya nantinya akan terintegrasi dengan kawasan industri di Majalengka karena adanya jalur tol Cikampek-Palimanan (Cipali), sehingga aktivitas ekspor-impor di Jabar akan semakin menggeliat.
“Nah, pemerintah juga harus memikirkan insfrastruktur penunjang melalui pelabuhan itu. Karena pelabuhan yang ada di kawasan utara ini akan terintegrasi dengan kawasan industri yang ada di Jabar timur,” ungkapnya.
Oleh karena itu, pembangunan infrastruktur harus berbarengan rampung dengan Pelabuhan Cilamaya, sehingga saat dioperasikan tidak ada kendala lagi ke depannya.
Wakil Ketua Kadin Jawa Barat Bidang Perindustrian Dedy Widjaja mengatakan kontribusi aktivitas ekspor-impor di Pelabuhan Tanjung Priok dari Jabar saat ini mencapai 60%-70%.
“Sebagian besar aliran arus barang yang datang ke Pelabuhan Tanjung Priok berasal dari Jabar,” katanya.
Dedy menjelaskan jika Pelabuhan Cilamaya rampung akan menambah kontribusi pendapatan karena selama ini aktivitas ekspor-impor yang dilakukan pengusaha di Jabar hanya tercatat di Jakarta.
Sementara Jabar sendiri sebagai penyalur kontribusi terbesar tidak mendapat apa-apa.
“Minimal pendapatan itu bisa didapat dari pajak kendaraan. Selama ini Jakarta yang mendapat pajak kendaraan yang begitu besar, padahal Jabar yang berkontribusi besar dalam penyumbang pendapatan,” ujarnya.
Berdasarkan catatan, proyek pembangunan pelabuhan Cilamaya menelan investasi kurang lebih Rp5-10 triliun yang bersumber dari APBN. Jumlah itu masih lebih kecil daripada proyek pelabuhan pelabuhan New Priok Port menelan Rp22,6 triliun.
Pelabuhan Cilamaya ini sebagai pelimpahan dari pelabuhan Tanjung Priok yang nantinya memiliki akses tersendiri dengan pengembangan Karawang mengingat berdekatan dengan sejumlah kawasan industri. Pembangunan pelabuhan ini membutuhkan lahan 250 hektare baik laut maupun darat.
Target Operasional Pelabuhan Cilamaya Harus Dipercepat
Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jawa Barat mengharapkan target operasi Pelabuhan Cilamaya dipercepat guna mengatasi persoalan distribusi barang ke Pelabuhan Tanjung Priok yang sudah overload.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Topik
Konten Premium