Bisnis.com, JAKARTA - "Oh Rumah Baca Panter? Dari sini lurus saja mas, mentok. Di sana nanti ramai anak-anak muda dan anak jalanan kok," ujar pria paruh baya berkumis tebal sambil menunjuk salah satu gang di kawasan Terminal Depok.
Sambutan ramah dari seorang bapak yang berprofesi sebagai tukang parkir di Terminal Depok itu, ketika menunjukkan lokasi Rumah Baca Panter tersebut cukup membuat saya terkejut.
Tanggapannya ramah. Santun. Dan tidak ada kesan kasar sama sekali. Jauh dari bayangan awal saya sebagai orang awam bahwa kawasan terminal identik dengan premanisme dan kehidupan kasar dan keras jalanan.
Namun bayangan itu nampaknya tidak berlaku di Terminal Depok, yang belakangan saya tahu, bahwa terminal tersebut saat ini telah mendapat predikat 'Terminal Santun' oleh masyarakat lantaran adanya sebuah paguyuban terminal (Panter) yang dikenal dengan Panter Depok.
Panter Depok adalah induk organisasi dari beberapa paguyuban kecil yang ada di terminal tersebut, dengan misi utama membangun lingkungan terminal yang santun, menekan aksi premanisme, dan menciptakan lapangan kerja bagi mereka yang hidup di dunia hitam. Dan terbukti, visi misi tersebut mampu terwujud dengan baik hingga saat ini.
Kedatangan saya di terminal tersebut adalah untuk menemui seorang pemuda bernama Andi Malewa. Seorang sarjana teknik, salah satu lulusan tiga terbaik Universitas Pancasila Jakarta yang memilih mengabdikan dirinya pada nasib anak-anak jalanan dilingkungan Terminal depok dengan mendirikan Rumah Baca Panter Depok.
Rumah Baca Panter atau biasa disingkat Ruba Panter, adalah sebuah komunitas yang digawangi sejumlah pemuda terpelajar yang peduli terhadap kehidupan sosial dan kecerdasan warga terminal, dengan mendirikan semacam perpustakaan mini ukuran 3x5 meter yang diberi nama Rumah Baca Panter.
Sejumlah pemuda itu antara lain Andi Malewa, Juni Ulfa, Yoga Wirotama, Denty Apriliani, Frezka Fikri, Alicia Maria dan Widi Wihendra Putra, yang hingga saat ini menjadi pengurus tetap Ruba Panter.
"Dulu [ruangan] ini kecil mas, tidak sebesar ini. Ini ruangan kosong bekas kantor agen bus yang biasanya kalau siang hari dipakai untuk mabuk-mabukan para preman, dan kalau malam untuk tempat tidur mereka," tutur Andi mengawali kisahnya.
Andi bersama rekan-rekannya memanfaatkan jejaring sosial 'twitter' guna menyuarakan perjuangan mereka dalam mencerdaskan warga terminal dengan membuat sebuah perpustakaan mini di kawasan terminal tersebut.
Tak berselang lama, sambutan 'masyarakat twitter' luar biasa. Puluhan judul buku dari berbagai genre maupun usia, mulai berdatangan dari para donator berbagai kota, seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Medan.
"Awalnya kami ingin menjadikan ruang baca ini bisa dimanfaatkan warga terminal, seperti supir, kernet, pedagang asongan, pengamen, dan anak jalanan untuk menambah pengetahuan dan kecerdasan mereka," ujarnya.
Kemudian, 18 Februari 2012 menjadi saat bersejarah bagi mereka, mengingat pada saat itu Ruba Panter resmi dibuka. Namun, dalam perjalannya, ternyata tidak semudah seperti yang dibayangkan. Ruang baca yang didirikannya selalu sepi pengunjung alias sering kosong, kecuali para relawan.
Andi dan teman-temannya kemudian mencari tahu penyebabnya, dan ternyata ditemukan fakta bahwa hampir mayoritas warga terminal mengalami kendala buta huruf. Itulah kenapa mereka tidak pernah mampir membaca buku.
"Berangkat dari sana, lahirlah kelas belajar membaca dan menulis bagi warga terminal yang buta huruf itu," ujarnya. Awalnya hanya kelas membaca dan menulis Bahasa Indonesia saja, namun seiring perjalanan waktu, kelas itu berkembang menjadi banyak kelas lainnya, seperti Bahasa Inggris, Matematika, teater, kerajinan, musik, dan lainnya.
Akibatnya banyak warga terminal yang terbantu dalam usahanya karena kemampuan membaca mereka meningkat.
Saat ini, Ruba Panter juga melahirkan berbagai divisi guna menunjang sejumlah kegiatan atau program yang dilakukannya selama ini, seperti divisi humaniora yang bergerak pada aksi-aksi sosial, divisi lajur kiri sebuah divisi pembuatan merchandise guna menggalang dana untuk operasional organisasi, dan lainnya.
"Setiap triwulan kami juga ada aksi penggalangan dan untuk sosial kemanusiaan, misalkan untuk membantu korban bencana, aksi simponi cinta jalanan yakni program amal dan santunan Ramadhan yang menjadi agenda rutin tahunan Ruba Panter," ujarnya.
Andi menambahkan bagi siapa saja yang ingin turut menebarkan semangat kepedulian terhadap nasib pendidikan anak jalanan, dengan membuka jaringan rumah baca di terminal dikota masing-masing dapat menghubungi Ruba Panter di Terminal Depok, atau kunjungi websitenya di rumahbacapanter.org atau follow twitternya di @rumahbacapanter