Bisnis.com, HONG KONG—Bank Sentral Taiwan mempertahankan suku bunga acuan setelah pertemuan ke-10 dewan gubernur, dengan mempertimbangkan penurunan proyeksi pertumbuhan ekonomi dan inflasi 2013 dan tahun depan.
Bank sentral mempertahankan tingkat suku bunga pinjaman 10 hari untuk bank di kisaran 1,875%. Hal tersebut serupa dengan perkiraan 27 ekonom dalam survei Bloomberg News. Otoritas moneter telah menahan diri dari penyesuaian biaya pinjaman sejak Juni 2011.
Kebijakan ekonomi yang dikeluarkan oleh Taiwan serupa dengan Indonesia dan India dalam mempertahankan suku bunga acuan, sebagai usaha mendorong pertumbuhan ekonomi. Bulan lalu pemerinta menurunkan perkiraan pertumbuhan ekonomi tahun ini menjadi 1,74% dari sebelumnya 2,31%.
"Inflasi [0,93%] Taiwan masih rendah, sehingga tidak perlu untuk menaikkan suku bunga acuan," ujar Raymond Yeung, ekonom Australia & New Zealand Banking Group Ltd dalam siaran pers, Kamis (26/12/2013).
Dia mengatakan, berdasarkan data terakhir aktivitas ekspor mengalami penurunan, sehingga prospek pertumbuhan belum dapat dipastikan. Oleh karena itu, dia meyakini mempertahankan suku bunga acuan adalah solusi terbaik dalam menjaga keseimbangan antara pertumbuhan dan inflasi.
Dolar Taiwan pekan lalu mengalami kerugian terbesar sejak Juni setelah the Fed mengatakan akan mengurangi stimulus yang mendorong penurunan permintaan untuk aset pasar negara berkembang. Mata uang telah tergelincir sekitar 3% tahun ini .
Gubernur bank sentral Perng Fai-nan dalam siaran pers mengatakan, bahwa tingkat kurs mata uang asing harus ditentukan oleh penawaran dan permintaan, sehingga bank sentral akan menjaga volatilitas berlebihan yang dapat membahayakan stabilitas keuangan.