Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Krisis Thailand, Rencana Yingluck Ditolak Demonstran

Pengunjuk rasa menolak usulan Perdana Menteri Thailand Yingluck Shinawatra yang akan membentuk dewan reformasi.

Bisnis.com, BANGKOK - Pengunjuk rasa menolak usulan Perdana Menteri Thailand Yingluck Shinawatra yang akan membentuk dewan reformasi.

Tavorn Seniem , seorang pemimpin protes , menolak usulan itu karena menduga Yingluck akan merekrut orang-orangnya dan orang Thaksin menjadi anggota dewan beranggotakan 499 orang itu.

"Dewan ini akan bekerja untuk kepentingan pihak pemerintah , tidak untuk semua rakyat Thailand, " katanya kepada Reuters, Rabu (25/12/2013).

Thaksin, miliarder telekomunikasi, digulingkan dalam kudeta 2006. Dia tinggal di pengasingan sejak 2008 ketika dijatuhi hukuman penjara dua tahun karena korupsi, keyakinan yang disebutnya bermotif politik.

Para penentang mengatakan Yingluck hanyalah boneka, dengan Thaksin menarik tali dari rumah besarnya di Dubai.

Hal yang membuat jengkel banyak warga Thailand perkotaan adalah popularitas Thaksin di kalangan pemilih pedesaan di utara dan timur laut yang tetap setia kepadanya karena kebijakan seperti pemeliharaan kesehatan murah, kemudahan kredit dan jaminan harga bagi petani.

Yingluck telah keluar bertemu para pendukung selama seminggu terakhir dan berencana untuk tinggal di utara sampai Tahun Baru.

Dia menolak menunda jajak pendapat yang memunculkan ketidakpastian setelah oposisi utama Partai Demokrat menyatakan akan memboikot pemungutan suara. Partai Demokrat memiliki dukungan yang kuat dari pembentukan jenderal , birokrat dan konservatif berpengaruh di Bangkok yang tak menaruh simpati kepada Thaksin.

Lawan Thaksin menoleransi pemerintahan Yingluck selama dua tahun pertama, tapi dengan cepat berubah ketika Partai Puea Thai mencoba mendorong regulasi amnesti melalui parlemen pada November yang akan memungkinkan Thaksin kembali menjadi orang bebas .

Protes antipemerintah sejak saat itu membesar, tetapi gagal menghentikan fungsi pemerintah, menyebabkan kekhawatiran bahwa protagonis lain mungkin mencoba untuk menciptakan kekerasan dengan harapan militer akan campur tangan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Sri Mas Sari
Editor : Sepudin Zuhri
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper