Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik. Akankah Efektif?

“Indonesia memiliki masalah yang serius dengan sampah. Jumlah sampah yang dihasilkan tiap hari di Ibukota saja bisa mencapai 6.000 ton dan tumpukannya bisa 3.000 meter kubik, lebih dari setengah ukuran Candi Borobudur.”
Sampah menumpuk/Bisnis.com
Sampah menumpuk/Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA - “Indonesia memiliki masalah yang serius dengan sampah. Jumlah sampah yang dihasilkan tiap hari di Ibukota saja bisa mencapai 6.000 ton dan tumpukannya bisa 3.000 meter kubik, lebih dari setengah ukuran Candi Borobudur.”

Begitulah penggalan kutipan dari tulisan Tiza Mafira, Juru Bicara Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik (GIDKP), dalam petisi change.org.

Rata-rata pemakaian kantong plastik per orang di Indonesia adalah 700 lembar per tahun. Sampah kantong plastik saja di Indonesia mencapai 4.000 ton per hari atau sama dengan 16 pesawat Boeing 747, sehingga sekitar 100 miliar kantong plastik terkonsumsi per tahun di Indonesia.

Produksi kantong plastik tersebut menghabiskan 12 juta barel minyak bumi yang tak bisa diperbaharui, yang setara dengan Rp11 Triliun.

Sebagai seorang pengacara yang memiliki spesialisasi hukum lingkungan, Tiza semakin khawatir dengan sampah plastik yang mengakibatkan penyumbatan saluran di sungai yang menjadi faktor utama penyebab banjir di Jakarta, baik sampah yang menggunung yang jelas tampak terlihat oleh mata atau sampah yang terpendam dalam sungai.

“Sampah plastik itu sangat berbahaya, mereka tidak dapat terurai selama 500 tahun, mereka akan tetap nongkrong di sana [sungai] selama beratus-ratus tahun,” katanya saat dihubungi Bisnis pekan ini.

Keprihatinan Tiza akan masalah sampah plastik membuatnya menciptakan suatu aksi untuk bersama-sama mengurangi penggunaan kantong plastik dengan Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik dan Petisi Pay for Plastic.

Kedua aksi peduli sampah plastik ini bergerak saling beriringan untuk mewujudkan tujuan bersama. Jakarta dipilih sebagai tempat pertama untuk mengaplikasikan aksi tersebut karena kondisi sampah Jakarta yang sangat kritis dan memprihatinkan.

Menurutnya, kantong plastik bukanlah hal primer yang mendesak. Kantong plastik adalah sarana kenyamanan saja yang diberikan oleh pihak peritel untuk konsumen agar nyaman membawa barang belanjaan untuk kemudian dibuang dan tidak dikonsumsi lebih lanjut.

Hal ini begitu disayangkan melihat efek sampah plastik tersebut tidak akan hilang selama bertahun-tahun.

“Dari awal tahun hingga sekarang, petisi ini telah ditandatangani sebanyak 8.000 orang secara online dan 1.000 orang secara offline,” ungkapnya.

Dia menambahkan petisi ini akan dibawa ke target mereka yaitu pemerintah daerah dan para peritel supaya dapat benar-benar diaplikasikan secara meluas.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper