Bisnis.com, NEW YORK--Menjelang penawaran saham perdananya di bursa New York, Twitter Inc. mengungkapkan jumlah paten yang mereka miliki jauh lebih sedikit dibandingkan perusahaan sejenis yakni hanya sembilan buah.
Bloomberg melaporkan Senin (21/10/2013), hal itu disampaikan dalam prospektus mereka pekan lalu. Rendahnya jumlah paten yang mereka punya mencerminkan filosofi layanan microblogging ini yang membebaskan para pengembang dan desainernya memegang penemuannya masing-masing.
Sebagai perbandingan, Facebook Inc. memunyai 774 paten yang disebutkan dalam laporan perusahaan menjelang initial public offering (IPO) pada Mei 2012 dan International Business Machines Corp. (IBM) sepanjang tahun lalu sajamemegang 6.478 paten.
Twitter menerangkan kebijakan itu bertujuan membatasi gugatan terkait paten yang mungkin terjadi, seperti yang dihadapi para pesaingnya. Namun, sebagian investor dan analis menilai hal itu bisa balik menyerang perusahaan yang berdiri sejak 2006 ini.
Berdasarkan pemantauan Bloomberg, hak kekayaan intelektual bisa membantu perusahaan mendorong pertumbuhan pendapatan karena paten dapat meningkatkan nilai teknologi yang digunakan.
Pada Mei 2013, perusahaan yang berbasis di San Fransisco, California, AS itu menerapkan Innovator's Patent Agreement (IPA) untuk memastikan mereka yang menciptakan pengembangan baru memegang sendiri patennya. Dengan demikian, Twitter tidak dapat mengajukan gugatan terkait pelanggaran paten apabila tidak ada persetujuan dari pemegang paten.
Managing Director Envision IP LLC Maulin Shah mencemaskan sedikitnya jumlah paten Twitter. "Sedikitnya jumlah paten akan membuat mereka kesulitan ketika menghadapi gugatan pelanggaran paten sebab tidak banyak yang bisa dijadikan senjata untuk menyerang balik," terangnya. Envision merupakan sebuah konsultan riset di New York.
Sementara, itu, Presiden Direktur dan Chief Investment Officer Sica Wealth Management LLC Jeff Sica menilai kebijakan IPA berisiko tinggi. Perusahaan bisa mengalami kerugian apabila pegawainya berhenti dan membawa inovasi yang mereka ciptakan. (Bloomberg)