Bisnis.com, NUSA DUA - Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe memastikan kebangkitan ekonomi Negeri Sakura bukan lagi sekadar kemungkinan setelah dia mengambil keputusan berani untuk menaikkan pajak konsumsi sebesar 3%, yang dapat mengancam keberhasilan Abenomics.
“Hari ini tepat 6 hari sejak saya membuat keputusan sulit itu. Perekonomian Jepang berada pada persimpangan akibat buramnya pandangan tentang apa yang akan terjadi di masa depan. Sekarang saya merasa yakin kami telah bangkit dari persimpangan ini,” katanya Senin (7/10/2013).
Pada 1 Oktober, Abe memutuskan rencana kenaikan pajak konsumsi Jepang dari 5% menjadi 8% per April 2014. Meski dapat mengancam laju pertumbuhan, Abe yakin tidak ada cara lain yang dapat memulihkan perekonomian dan mengembalikan keamanan keuangan publik.
Rekonstruksi fiskal, paparnya, harus dijalankan bersamaan dengan strategi pertumbuhan ekonomi. Dengan adanya kenaikan pajak, Pemerintah Jepang harus dapat menggaransi deflasi berkepanjangan diakhiri.
Guna membendung dampak memukul dari kenaikan pajak konsumsi, Abe akan menggelontorkan stimulus berskala besar senilai 5 triliun yen. Dia mengklaim paket stimulus itu bukan bagian dari seri kebijakan Abenomics, tetapi sebuah investasi untuk masa depan Jepang.
Dalam sesi ‘The Future of Japan’s Economy’ di APEC CEO Summit 2013, Abe juga menjelaskan dia akan menggunakan sistem pajak untuk memfasilitasi para pelaku bisnis Jepang.