Bisnis.com, NUSA DUA - Masalah shutdown Pemerintah Amerika Serikat dinilai masih belum menjadi sebuah potensi ancaman ekonomi yang perlu dikhawatirkan secara berlebihan oleh anggota APEC.
Denis Hew, Direktur Unit Kebijakan APEC 2013 mengatakan isu perlambatan China bisa jadi lebih membawa risiko bagi pertumbuhan ekonomi Asia Pasifik. Namun, itu bukan berarti ekonomi APEC dapat menyepelekan potensi dampak negatif dari shutdown AS.
“Masalah shutdown untuk saat ini memang belum begitu membawa pengaruh besar bagi pasar keuangan. Mungkin karena kita berharap [Pemerintah AS] dapat mencapai resolusi yang akan menyelesaikan masalah itu,” ujarnya, Kamis (3/10).
Hew mengatakan ancaman eksternal dari perlambatan regional tidak dapat ditumpukan semata-mata pada AS. Perekonomian Negeri Paman Sam telah menunjukkan tanda-tanda perkembangan yang jelas, mulai dari pasar perumahan hingga angka bekerja.
Justru, lanjutnya, saat ini terdapat banyak perekonomian di luar AS yang tengah terpuruk. Itulah mengapa Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) mengoreksi proyeksi pertumbuhan global untuk tahun depan menjadi 3,8%.
“[APEC] tengah memantau arus modal, membagi informasi antarekonomi, dan memperkuat sistem keuangan di banyak negara berkembang. Kami sedang menguatkan regulasi, sistem perbankan, dan sebagainya,” jelasnya, ketika ditanya tentang bagaimana seharusnya APEC menanggapi isu tersebut.
Menurutnya, Asia Pasifik masih membutuhkan waktu yang panjang untuk dapat pulih, sehingga hal tersebut perlu mendapat perhatian khusus pada forum APEC tahun ini. Misalnya dengan mengembalikan keseimbangan pertumbuhan, memperkuat industri domestik, dan reformasi struktural.
Alan Bollard, Direktur Eksekutif Sekretariat APEC berpendapat perlambatan ekonomi China justru memiliki dampak yang lebih konkrit bagi perekonomian regional. “Perlambatan pertumbuhan China mempengaruhi arus perdagangan kawasan,” jelasnya.
Kendati demikian, dia menilai perekonomian China masih dapat bertumbuh dengan baik dan akan mengalami soft landing. Namun, pertumbuhan Negeri Panda di masa depan sepertinya akan lebih bergantung pada permintaan domestik, sehingga mempengaruhi ekspor negara lain.
Hew menambahkan China tengah berusaha mencapai pertumbuhan yang jauh lebih seimbang dan tidak hanya berorientasi pada sektor ekspor dan manufaktur. Terdapat banyak ketertarikan di China untuk mengembangkan sektor jasa dan lebih terhubung dalam rantai global value.
“Sebagaimana diketahui, China akan menjadi tuan rumah APEC selanjutnya, sehingga saya yakin bagian dari prioritas kebijakan mereka adalah memperkuat perekonomian domestik. Bukan hanya di China, tapi juga negara berkembang lain,” tuturnya.
KTT APEC: Shutdown AS Tak Jadi Ancaman Bagi Asia Pasifik
Bisnis.com, NUSA DUA - Masalah shutdown Pemerintah Amerika Serikat dinilai masih belum menjadi sebuah potensi ancaman ekonomi yang perlu dikhawatirkan secara berlebihan oleh anggota APEC. Denis Hew, Direktur Unit Kebijakan APEC 2013 mengatakan isu perlambatan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : Wike Dita Herlinda
Editor : Sepudin Zuhri
Topik
Konten Premium