Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Proyek Rel Kereta Rantau Prapat-Muaro Tak Diminati Investor

Bisnis.com, PEKANBARU - Proyek pembangunan rel kereta api strategis dari Rantau Prapat-Dumai-Duri-Teluk Kuantan-Muaro senilai US$3,78 miliar masih belum juga diminati investor hingga sekarang.

Bisnis.com, PEKANBARU - Proyek pembangunan rel kereta api strategis dari Rantau Prapat-Dumai-Duri-Teluk Kuantan-Muaro senilai US$3,78 miliar masih belum juga diminati investor hingga sekarang.

Yanuar, Kepala Bidang Infrastruktur dan Lingkungan Hidup (Bidang III) dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Pemerintah Provinsi Riau mengatakan belum ada investor baik dari lokal maupun asing yang menunjukkan minatnya terhadap proyek ini.

“Kami belum dapat info ada siapa BUMN yang mau, apalagi dari investor asing,” ujarnya ketika ditemui Bisnis di kantornya, Rabu (25/9/2013).

Yanuar mempertanyakan keseriusan pemerintah pusat terutama Bappenas untuk membangun rel kereta api yang masuk skema kerja sama pemerintah-swasta itu (Public Private Partnership/PPP). Apalagi, rencana bangun rel kereta api ini sebenarnya sudah lama sekali.

“Rencananya mungkin sejak 2005. Kalau pusat mau serius ingin bangun kereta api di Riau, mestinya kami dipanggil khususlah,” ujarnya.

Berdasarkan PPP Book Bappenas 2012, proyek pembangunan rel kereta api yang akan melintasi Sumatra Utara, Riau, hingga Sumatra Barat ini membutuhkan investasi hingga US$3,78 miliar. Rencananya, proyek ini ditender 2014 dan ditargetkan beroperasi 2019.

Rel kereta api tersebut akan menghubungkan Rantau Prapat-Duri-Dumai-Teluk Kuantan-Muaro sepanjang 246 kilometer. Dengan dibangunnya rel kereta api ini, diharapkan bisa menyediakan transportasi yang lebih efisien untuk angkutan barang, terutama sawit dan batu bara.

“Kalau perlu ya bisa angkut barang dan orang juga,” tambah Yanuar.

Menurutnya, kebutuhan rel kereta api yang akan digunakan untuk mengangkut sawit dan batu bara itu, sudah sangat mendesak. Pasalnya, saat ini hasil bumi tersebut diangkut oleh kendaraan berat yang mengakibatkan jalan provinsi yang dilaluinya jadi rusak. (Aang Ananda Suherman/K18)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Sepudin Zuhri
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper