Bisnis.com, JAKARTA—Komisi I DPR RI telah selesai melakukan fit and proper test bagi 22 calon Duta Besar Republik Indonesia (Dubes RI) di Luar Negeri yang diusulkan oleh Pemerintah dan menyatakan seluruh calon Dubes lolos seleksi.
Fit and proper test terhadap 22 calon dubes di Komisi I DPR RI ini dilakukan sejak 17-18 September. Ketua Komisi I DPR RI, Mahfudz Siddiq menerangkan bahwa ke-22 calon Dubes telah lolos seleksi dan dinyatakan layak.
“Komisi I telah memberikan penilaian terhadap 22 calon dan dinyatakan layak untuk ditugaskan sebagai dubes,” ujarnya di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (19/9).
Meskipun 22 calon dubes telah dinyatakan layak. Namun, Mahfudz menuturkan bahwa Komisi I telah memberikan pertimbangan dan catatan kepada Presiden. Catatan yang disampaikan kepada Presiden itu berisi tentang politik luar negeri dan prioritas hubungan bilateral Indonesia dengan negara terkait, serta pandangan politik regional yang harus disiapkan oleh 22 calon dubes.
“Rekomendasi dan catatan dari Komisi I akan diserahkan kepada Presiden untuk dipertimbangkan apakah ada penyesuaian-penyesuaian lagi,” terangnya.
Tidak semua calon dubes diterima oleh masyarakat, tetapi juga terdapat beberapa calon dubes yang menuai kritik dan penolakan dari sejumlah pihak.
Mantan Gubernur DKI Jakarta, Fauzi Bowo atau yang lebih dikenal dengan sebutan Foke ini ditolak oleh Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) di Jerman. Alasan PPI menolak Foke ini disebabkan karena dugaan isu rasial yang sempat dilontarkannya ketika kampanye Pilkada Jakarta beberapa saat yang lalu.
Selain Foke, Yusron Ihza Mahendra juga menerima kritikan untuk penunjukkan posisinya sebagai dubes di Jepang. Beberapa pihak menganggap Jepang sebagai negara yang menghormati senioritas, sedangkan Yusron masih dianggap belum cukup senior untuk menjadi perwakilan Indonesia di Jepang.
Beberapa calon dubes dengan latar belakang TNI dan Polri juga dianggap kurang memiliki pengalaman dalam dunia internasional, mereka adalah mantan Kabareskrim Ito Sumardi dan dari TNI Letjen (Purn) Jhony Lumintang.
Anggota Komisi I DPR RI Helmy Fauzi mengatakan bahwa kedua tokoh tersebut dinilai tidak memiliki rekam jejak yang jelas di dunia internasional. "Saya belum melihat adanya rekam jejak yang jelas dari calon dari polisi dan tentara ini, terkait pengalaman dan pemahaman mereka dalam melakukan hubungan internasional," kata Helmy.
M. Haripin, Pengamat Politik Luar Negeri LIPI menganggap bahwa tidak semua calon dubes yang ditunjuk oleh pemerintah ini kompeten dan memiliki potensi. Menurutnya, penunjukkan dubes ini seakan-akan menjadi ajang pembagian jatah politik dan kekuasaan, karena tidak semua orang yang ditunjuk itu memiliki kemampuan negosiasi yang matang dan memiliki pengetahuan mendalam terkait negara dimana mereka ditempatkan
“Saya merasa tidak semua calon dubes yang ditunjuk itu potensial, jangan hanya lantas karena mereka mengerti bahasa suatu negara dan pernah tinggal di negara tersebut maka, ditunjuk sebagai dubes,” ucap Haripin hari ini, Jumat (20/9/2013).
Lebih lanjut, Haripin mengharapkan agar Komisi I DPR RI sebagai institusi yang menguji kelayakan calon duta besar harusnya memaparkan secara jelas mengenai penentuan standar dan kriteria bagi calon dubes kepada publik. Komisi I DPR RI juga seharunya menjadikan masukan-masukan masyarakat sebagai pertimbangan dalam meloloskan calon dubes.
Indonesia memiliki kepentingan yang berbeda-beda di setiap negara, karena itu dalam penunjukkan harus memilih orang-orang yang memang memiliki kompetensi, karena dubes ini bukan semata-mata posisi seremonial. “Peran dubes sangat penting karena mewakili kepentingan Indonesia diluar.”
Nama-nama calon duta besar yang diajukan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono antara lain adalah Mantan Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo (Jerman), Suprapto Martosetomo (Afrika Selatan), Sesmenpora Yuli Mumpuni (Spanyol), Yusron Ihza Mahendra (Jepang), Budi Bowoleksono (Amerika Serikat), Linggawaty Hakim (Swiss), Komjen Pol. Ito Sumardi (Myanmar).
Selanjutnya, Letjen TNI Purn. Jhony Lumintang (Filipina), Yuwono A Putranto(Norwegia), Raudin Anwar (Libya), Abdurrahman M.Fachir(Arab Saudi), Jose Antonio Morato Tavares (Selandia Baru), Irmawan Emir Wisnandar (Laos), Sugeng Rahardjo (China), Burhanuddin (Sudan), Nurul Qomar (Brunei Darussalam), Gary Rachman Makmun Jusuf (Fiji), Rahmat Pramono (PTRI ASEAN), Diar Nurbiantoro (Romania), Mulya Wirana (Portugal), Pitono (Kamboja), Moenir Ari Soenanda (Peru).