Bisnis.com, JAKARTA—Selain perlunya pemerintah mewaspadai kondisi struktural di pasar modal Indonesia, sorotan utama berbagai media nasional hari ini, Jumat (23/8/2013) mengupas isu pasar finansial Indonesia yang dinilai makin riskan dan perlunya RAPBN 2014 dirombak total.
ADB: Jangan Anggap Enteng
Bank Pembangunan Asia (ADB) mengingatkan pemerintah Indonesia agar tidak menganggap enteng kondisi struktural di pasar modal Indonesia. Prinsip kehati-hatian tetap perlu dikedepankan untuk mengambil pilihan-pilihan kebijakan dan atau respons atas kondisi perekonomian teraktual itu (KOMPAS).
Harga Obligasi Jatuh, Risiko Investasi Naik
Pasar finansial Indonesia makin riskan. Ini tercermin pada angka credit default swap (CDS) Indonesia. Kini, posisi CDS Indonesia mencetak rekor tertinggi sejak dua tahun terakhir (KONTAN).
RAPBN 2014 Harus Dibongkar Total
Entah "profesor” mana yang merancang APBN 2013 dan RAPBN 2014 republik ini. Yang jelas, terlihat gamblang kontradiksi antara alokasi anggaran dengan asumsi yang ditampilkan dalam anggaran tersebut. Contoh, dengan asumsi pertumbuhan 6,4% (2014), namun alokasi anggaran untuk menumbuhkan perekonomian nasional justru kalah jauh dibanding dengan belanja pegawai (termasuk gaji PNS) (NERACA).
Amunisi Penuh untuk stabilkan Pasar
Empat defisit yang menjadi biang keladi gejolak pasar finansial akan diatasi dengan berbagai kebijakan oleh pemerintah dan otoritas moneter yang diluncurkan Jumat ini. Mereka menyiapkan amunisi penuh yang tidak sekadar untuk meredam gejolak pasar, melainkan juga untuk mendorong sektor riil. (INVESTOR DAILY).
Gejolak Pasar Tak Pengaruhi Rating
Lembaga pemerinkat internasional, Fitch Ratings mempertahankan psopek stabil untuk peringkat utang luar negeri Indonesia di level BBB-. Tekanan yang melanda pasar finansial di Asia saat ini tidak memicu perubahyan peringkat utang Indonesia. Fitch menilai manajemen kebijakan akan menjadi kunci yang menentukan stabilitas ekonomi dan finansial Indonesia (INDONESIA FINANCE TODAY).