Bisnis.com, JAKARTA—Sorotan utama berbagai media nasional hari ini, Rabu (21/8/2013) tidak lepas dari pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dan pasar modal.
Pemerintah dinilai perlu mencegah pelemahan rupiah, dan pasar modal terancam crash, serta volatilitas yang tinggi di pasar saham regional, menjadi topik utama hari ini.
Perlu Aksi BI dan Pemerintah
Bank Indonesia dan pemerintah didesak segera mengambil langkah untuk mencegah melemahnya nilai rupiah dan jatuhnya Indeks Harga Saham Gabungan yang masih terus berlangsung. Pada Rabu ini, pemerintah baru membahas kondisi yang kian buruk ini (KOMPAS)
Jurus Lama Penangkal Krisis Baru
Tak biasanya Forum Stabilitas Sistem Keuangan (FSSK) rapat mendadak dan maraton sampai malam. Lazimnya, FSSK menggelar rapat sebulan sekali. Toh, itulah yang tampak sepekan terakhir ini. Termasuk rapat maraton yang berlangsung Senin (19/8) dan Selasa (20/8) (KONTAN).
Pasar Modal Terancam Crash
Pasar saham Indonesia kembali bergejolak hingga Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sepanjang Selasa (20/8) terjun bebas 138,535 poin (3,21%). Dari posisi 4.400 ke level 4.174,983. Gejolak di pasar modal merupakan respons pelaku pasar yang negatif terhadap proyeksi pertumbuhan ekonomi pemerintah dalam RAPBN 2014. Sinyalemen ini menandai munculnya ancaman crash kini mulai melanda bursa saham di republik ini (NERACA).
Dapen dan Jamsostek Masuk Pasar
Rontoknya harga saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam tiga hari perdagangan terakhir direspons positif oleh para pengelola dana pensiun (dapen) dan manajemen PT Jamsostek. Mereka siap masuk pasar, karena harga saham yang jatuh cukup dalam tidak lagi mencerminkan kondisi fundamental perushaan dan ekonomi nasional (INVESTOR DAILY).
Volatilitas Masih Tinggi
Volatilitas tinggi akan mewarnai kinerja pasar saham regional dalam beberapa pekan ke depan merspons dana investor asing yang keluar masuk dalam waktu singkat. Analis memperkirakan kecenderungan tersebut akan berlangsung hingga September setelah bank sentral AS menyampaikan kebijakannya dalam pertemuan mendatang, untuk memutuskan kelanjutan stimulus moneter atau quantitative easing (INDONESIA FINANCE TODAY).