Bisnis.com, JAKARTA - Persoalan kesinambungan pekerjaan dan cara pandang pemerintah yang terlalu optimistis menatap 2014 menjadi sorotan utama media nasional hari ini selain RAPBN 2014 yang dinilai tidak pro poor dan pro growth dan isu saham keuangan yang atraktif, Senin (19/8/2013).
“Kesinambungan Pekerjaan”: Berbagai target ekonomi makro tahun depan akan sulit tercapai tanpa pertumbuhan investasi berorientasi ekspor yang menyerap tenaga kerja masif dan menghasilkan devisa. Pihak dunia usaha akan mengajak para elite serikat buruh mencari solusi soal upah minimum (KOMPAS).
“Terlalu Optimistis Menatap 2014”: Pemerintah menatap optimistis tahun 2014. Lihat saja, Nota Keuangan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2014 mencantumkan target pertumbuhan ekonomi 6,4% (KONTAN).
“RAPBN 2014 Tidak Pro Poor Pro Growth”: Di tengah kecenderungan lambatnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan investasi, pemerintah harus mampu membuat kebijakan yang mampu meredam perlambatan tersebut karena sepenuhnya berada dalam kendali pemerintah. Sayangnya sinyal itu tidak terlihat di RAPBN 2014. Bahkan, pemerintah tetap mengandalkan utang untuk menambal defisit primer dalam politik anggaran (NERACA).
“Peningkatan Belanja APBN Gagal Sejahterakan Rakyat”: Pemerintah belum juga berhasil memperbaiki tinbgkat kesejahteraab masyarakat, meskipun setiap tahun nilai belanja dalam anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) terus menngkat. Indikator kesejahteraan masih belum memenuhi target dalam Millenium Development Goals (MDGs) (INVESTOR DAILY).
“Saham Sektor Keuangan Atraktif”: Saham-saham dari sektor keuangan mendapat evaluasi atraktif hingga pertengahan kuartal III 2013 berdasarkan perhitungan rasio harga berbanding dengan laba bersih yang diperoleh per saham (PER) dan imbal hasil atas ekuitas (ROE). Berdasarkan perhitungan Riset Finance Today, PER sektor keuangan relatif lebih rendah dibandingkan sektor lain dengan ROE yang lebih tinggi (INDONESIA FINANCE TODAY).