Bisnis.com, MEDAN - Dosen Fakultas Ekonomi Institut Agama Islam Negeri Sumatra Utara Gunawan Benjamin mengatakan kenaikkan suku bunga acuan BI rate sebesar 75 Bps dinilai sudah cukup besar.
"BI rate seharusnya tidak naik, karena meskipun inflasi tinggi belakangan ini, namun kondisi ini akan kembali membaik di awal 2014 mendatang. Dampak kenaikan inflasi bersifat sementara," ungkapnya kepada Bisnis, Rabu (14/8/2013).
Dari sisi eksternal, dia mengatakan terdapat sejumlah ancaman seperti kemungkinan pengurangan stimulus Amerika Serikat yang bisa menekan rupiah. Namun, kepastian stimulus tersebut akan diketahui pada September mendatang.
Untut itu, kenaikan BI rate yang sebelumnya sebesar 75 bps dinilai sudah cukup. Pasalnya, hingga saat ini inflasi inti tercatat masih dibawah 5%.
Sementara itu, kata dia, sejauh ini perbankan tengah dihadapkan oleh kemungkinan melemahnya simpanan dana pihak ketiga (DPK) seiring dengan kenaikan laju inflasi. Hal tersebut diperkirakan dapat mengerek suku bunga acuan LPS atau LPS rate meningkat.
Dia menilai kunci utama tetap pada BI rate. Jika BI rate tidak naik, maka perbankan tidak akan sembarangan menaikkan bunga simpanan. Sehingga LPS rate juga tidak akan dinaikkan.
"Memang menyisakan masalah seperti kemungkinan tekanan pembalikan dana keluar. Namun sejauh ini kita masih tetap dibanjiri oleh capital inflow yang diperkirakan akan terus meningkat hingga menjelang akhir 2013" paparnya.
Kemungkinan penguatan dolar AS itu akan terjadi apabila stimulus dikurangi atau dihilangkan memang berpotensi memicu capital outflow. Namun, instrumen keuangan Indonesia tetap lebih menarik karena memberikan imbal hasil yang tinggi, meskipun ada sejumlah faktor resiko.
"Namun saya yakin itu semua masih manageable," katanya.
Selain itu, kata dia, kemungkinan investor mengalihkan ke instrumen lain selain tabungan/deposito juga berpotensi meningkat. Tetapi, dengan sedikit tertekannya pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan kredit juga tidak akan meningkat signifikan sehingga penurunan DPK akan tetap menciptakan keseimbangan baru antara kredit dan DPK perbankan.