Bisnis.com, JAKARTA - Indonesia mengharapkan seluruh unsur masyarakat yang bertikai di Mesir bisa menahan diri dan mengupayakan proses rekonsiliasi.
Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan situasi di Mesir saat ini sudah sangat rentan, sulit dan berbahaya.
"Kalau kita melihat ratusan ribu massa berhadapan seperti itu, konfilk horizontal sulit dicegah dan korban berjatuhan," katanya dalam pembukaan Sidang Kabinet Paripurna, Senin (29/7/2013).
Yudhoyono mengatakan dalam keadaan seperti sekarang, pihak yang bertikai harus bisa menahan diri agar jumlah korban tidak terus meningkat.
Penduduk Mesir kemudian bisa menggunakan penghentian pertikaian untuk mencari jalan untuk mencapai kompromi untuk memulai proses rekonsiliasi.
Baru pada titik tersebut masyarakat internasional, PBB, dan negara sahabat bisa membantu mencarikan solusi bagi Mesir.
"Sebagai sahabat Mesir, dalam keadaan seperti ini saya berharap kedua pihak bisa menahan diri agar tidak banyak korban," kata SBY.
Kepala Negara menekankan Indonesia tidak memiliki resep apapun yang bisa ditawarkan bagi penduduk Mesir. Namun, Indonesia memiliki pengalaman mengarungi perubahan dramatis pada 1998 yang bisa dijadikan refleksi bagi rakyat Indonesia maupun bagi penduduk dunia.
Proses reformasi di Tanah Air, papar presiden, melibatkan semua unsur kekuasaan untuk meletakkan dasar baru bagi NKRI, termasuk militer.
Militer, yang sebelumnya adalah kekuatan yang dominan, memutuskan untuk tidak menentang tekanan politik. ABRI justru ikut menjalankan reformasi secara internal.
"Kita harus pikirkan rekonsiliasi, mandat oleh rakyat untuk mengajak semua. Kalau diajak dalam proses reformasi pembangunan ekonomi dan politik, mereka akan ada di dalam," kata SBY.
Dia menegaskan pandangan tersebut bukan berarti dirinya membenarkan langkah militer Mesir mengambil alih kekuasaan. "Langkah militer di Mesir menghentikan kekuasaan seseorang yang terpilih secara demokrastis juga masalah tersendiri," kata Yudhoyono.