Bisnis.com, MEDAN - Kementerian Perhubungan masih mengkaji pembangunan jalan kereta api layang untuk melayani calon penumpang dengan rute Medan-Bandara Internasional Kuala Namu (KNIA), Deli Serdang, Sumatra Utara.
Hal tersebut untuk menghindari kemacetan akibat adanya perlintasan sebidang antara jalur KA dan jalan raya.
Pada tahap pertama periode 25 Juli- 31 Agustus diperkirakan terdapat 7 perjalanan KA bandara pulang-pergi dari Medan-Kuala Namu dengan interval waktu 2 jam. Kemudian, pada tahap kedua, September ditambah menjadi 10 perjalanan dengan interval waktu 1 jam. Tahap ketiga pada Oktober bertambah menjadi 17 perjalanan dengan interval waktu sekitar 50 menit.
Berdasarkan rencana pertambahan perjalanan KA, jumlah lintasan per hari yang saat ini mencapai sekitar 46 kali akan meningkat menjadi sekitar 68 kali. Jumlah perlintasan sebidang di Medan mencapai 16 lintasan baik lintasan liar maupun yang resmi.
Saat ini KA lewat setiap 30 menit, dengan rencana penambahan tersebut diperkirakan menjadi 10-15 menit KA melintas dan tentu akan menimbulkan kemacetan.
Dirjen Perkeretaapian Tundjung Inderawan mengatakan hingga saat ini PT Kereta Indonesia telah merehabilitasi jalur rel sepanjang 23 km dari Medan hingga Aras Kabu, membangun jalur baru sepanjang 4 km dari Aras Kabu ke Bandara Kuala Namu.
Dari permintaan berbagai pihak, Kementerian Perhubungan diminta untuk membangun jalur rel layang agar perjalanan KA tidak menimbulkan kemacetan. Dirjen Perkeretaapian sedang melakukan kajian untuk membangun rel layang elevated atau edgrade.
"Elevated itu sampai seberapa itu yang perlu dikaji. Apakah penuh, kan tidak mungkin karena membangun rel elevated itu butuh waktu," ujarnya kepada Bisnis, Sabtu (13/7/2013).
Dia menilai, permintaan angkutan KA Bandara Kuala Namu dibutuhkan pada masa 1-2 tahun mendatang. Saat ini KA Bandara diperkirakan hanya mampu mengangkut 20% calon penumpang Bandara Kuala Namu.
Untuk membangun rel elevated, sambungnya, membutuhkan waktu minimal 3 tahun. Panjang rel elevated juga masih dalam kajian dengan pilihan sepanjang 4 km atau 9 km.
Pilihan berikutnya yakni selain membangun rel elevated akan dibangun pula rel edgrade sehingga keduanya bisa berjalan bersamaan. Pembangunan rel edgrade diperkirakan hanya membutuhkan waktu 1 tahun.
Untuk membangun rel edgrade diperkirakan menghabiskan dana Rp30 miliar per kilometer. Sedangkan untuk membangun rel elevated menghabiskan dana sekitar 10-15 kali lipatnya mencapai Rp200-300 miliar per kilometer.
Namun, dia memastikan jika dipilih opsi elevated tidak akan dibangun secara keseluruhan. Perlintasan sebidang yang diperkirakan akan menimbulkan kemacetan hanya terdapat di dalam kota. Bila opsi rel elevated dililih, maka harus double track agar lebih efisien.
Dia memperkirakan perlintasan sebidang di Medan, ada yang tidak memungkinkan untuk dibangun rel elevated. Untuk itu, di lokasi-lokasi tertentu bida menggunakan kolektor di kiri dan kanan jalan. Caranya, jalan tertentu ditutup dan dijadikan satu menggunakan kolektor. Pasalnya, untuk membangun underpass dan elevated harus memenuhi kapasitas lebar jalan.
"Ini masih dalam kajian, nanti akan diputuskan oleh Wakil Presiden karena dananya juga besar. Panjangnya sampai dimana apakah 4 km atau 9 km masih perlu dikaji. Kajiannya masih banyak, karena pertimbangan biaya, waktu dan demand," jelasnya.