TOKYO - Bank of Japan (BoJ) menahan diri untuk tidak menambahkan stimulus moneter dan menaikkan penilaian ekonomi Jepang pada saat pemulihan mulai dicapai untuk pertama kalinya sejak terjadi gempa bumi pada 2011.
Bank sentral Jepang merilis pernyataan tersebut hari ini, Kamis (11/7/2013), yang menekankan bahwa mereka akan tetap berpegang pada janji untuk menambah basis moneter menjadi 70 triliun yen (US$709 miliar) per tahun dari 60 triliun yen. Angka tersebut sesuai dengan yang diperkirakan oleh 20 ekonom dalam survei Bloomberg.
BoJ juga memastikan perekonomian Negeri Matahari Terbit mulai pulih, meskipun dalam fase yang lambat. Pertumbuhan ekonomi menambah keuntungan bagi Gubernur BoJ Haruhiko Kuroda untuk tidak menambah jumlah stimulus selama sisa tahun ini.
“Peluang ditambahkannya pelonggaran moneter secara bertahap mulai surut,” jelas Long Hanhua Wang, ekonom Royal Bank of Scotland di Tokyo, seperti dikutip Bloomberg.
Menurutnya, Kuroda telah memastikan dirinya menghindari pelonggaran inkremental dan sejauh ini dia telah sukses menaikkan ekspetasi inflasi serta mengubah jalan pikiran banyak pihak melalui kebijakan besarnya.
BoJ juga mempertahankan prediksi mereka pada April bahwa harga-harga akan naik sebesar 1,9% pada tahun fiskal yang dimulai sejak April 2015, tanpa mempertimbangkan rencana penaikan pajak penjualan.
Kendati demikian, bank sentral memangkas proyeksi lain untuk inflasi dan pertumbuhan ekonomi. Mereka menilai inflasi akan mencapai level 0,6% untuk tahun fiskal ini dan 1,3% dalam 12 bulan mendatang.