BISNIS.COM, JAKARTA—Penyidik Polda Jawa Barat menduga dua titik yang dicurigai terkait dengan hilangnya 250 dinamit milik perusahaan tambang batu PT Batu Sarana Persada yang terjadi pada Kamis (27/6/2013).
Kedua titik tersebut adalah Cisauk (Tangerang) dan di depan lokasi gudang di Cigudeg, Bogor.
“Kenapa disitu? Karena di lokasi itu paling rawan dengan aksi bajing loncat,” ujarKabag Prodok Ro Bid Div Humas Polri Kombes Hilmab Thayib, Selasa (2/7/2013).
Sejauh ini, Polri telah memeriksa sebanyak 14 saksi dalam kasus dinamit yang hilang tanpa detonatornya itu saat perjalanan dari Subang ke Bogor.
Ke-14 orang tersebut di antaranya satu anggota Brimob yang menjaga iringan-iringan dinamit, lima Satpam perusahaan, empat orang sopir, satu orang transporter, satu kepala teknis, dan tiga orang pekerja perusahaan.
Untuk mengusut kasus ini, paparnya, pihaknya sudah melakukan rekonstruksi.
“Ada lima pemberhentian dan yang mengarah daerah potensi hilang itu ya dua titik tempat itu. Saat di perusahaan juga rawan karena tempat itu gelap," jelasnya.
Sebelumnya, seorang sumber di lingkungan antiteror Polri yang meminta tak disebutkan namanya, mengatakan apabila dinamit yang total beratnya mencapai 50 kg itu sampai jatuh ke tangan jaringan teroris, bisa menjadi bencana besar.
Pasalnya, kini pelaku teror telah mampu membuat bom rakitan dengan detonator komersial di sejumlah tempat kejadian perkara (TKP) kasus terorisme. Misalnya seperti kejadian sebelumnya, yaitu di Tambora (Jakarta Barat), Beji (Depok), Solo (Jawa Tengah), Dompu (Nusa Tenggara Barat), dan Poso (Sulawesi Tengah).
Menurut sumber itu, seorang bomb maker, detonator, ataupun inisiator dalam sebuah bom juga bisa dibuat baik secara elektrik maupun nonelektrik.