BISNIS.COM, JAKARTA – PT Wilmar Indonesia membantah tudingan perusahaannya ikut membakar hutan untuk pembukaan lahan sawit di Sumatra yang asapnya menyebar sampai ke wilayah Singapura dan Johor Bahru, Malaysia.
"Tidak ada satu pun perusahaan kami yang terlibat dalam pembakaran hutan di Sumatra," M.P Tumanggor, Komisaris Utama PT Wilmar Indonesia dalam keterangan resmi, Selasa (25/6).
Tumanggor menjelaskan Wilmar memiliki kebun Inti sekitar 5.000 hektare di Riau, terdiri dari PT Citra Riau Sarana 2.682 ha, PT Sinar Siak Dian Permai 1.113 ha, dan PT Murini Samsam 1.433 ha.
"Ketiga Perusahaan ini merupakan kebun yg sudah menghasilkan dan tidak sedang dalam tahap land clearing. Jadi, tidak mungkin ada pembukaan lahan baru," ujarnya.
Sebagai anggota Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO), lanjut Tumanggor, Wilmar dalam pengelolaan kebun selalu patuh pada aturan-aturan RSPO.
"Kami berkomitmen menjalankan perkebunan kelapa sawit berkelanjutan sesuai dengan ketentuan RSPO. Jadi sangat tidak mungkin kami memakai cara yang tidak bersahabat dengan alam. Kalau pun membuka lahan untuk sawit, kami tidak diperbolehkan dengan cara membakar,” ungkap Tumanggor.
Dia menjelaskan sanksi anggota RSPO ini bisa amat sangat merugikan bila kita melanggarnya. "Bisa-bisa produk kami tidak diterima pasar, jika kami melakukan pelanggaran dari komitmen untuk menjaga dan menjalankan kebun sawit secara berkelanjutan,” tambahnya.
Sebelumnya, Kementerian Lingkungan Hidup (Kemen LH) membeberkan delapan perusahaan yang diduga kuat membakar lahan dan menyebabkan kebakaran besar di Provinsi Riau.
Ke-8 perusahaan itu adalah PT Langgam Inti Hiberida, PT Bumi Rakksa Sejati, PT Tunggal Mitra Plantation, PT Udaya Loh Dinawi, PT Adei Plantation, PT Jatim Jaya Perkasa, PT Multi Gambut Industri, dan PT Mustika Agro Lestari.
Bagi Wilmar, tuduhan-tuduhan merusak hutan bukanlah yang pertama kali mereka alami. Sebelumnya, Wilmar juga pernah dituduh merusak habitat orang utan, padahal Wilmar justru menyiapkan lahan konservasi untuk primata yang dilindungi ini.
Wilmar Indonesia saat ini mengeluarkan Rp1,3 miliar per tahun untuk melakukan konservasi orang utan di Kalimantan Tengah. Program ini sudah dimulai sejak tahun 2007, bekerja sama dengan Zoological Society of London (ZSL).
Langkah ini, menurut Tumanggor, merupakan komitmen Wilmar sebagai anggota RSPO untuk menjalankan perkebunan kelapa sawit yang berkelanjutan.
“Termasuk kami juga tak mungkin membakar hutan yang menyebabkan susahnya banyak orang itu, karena itu pasti melanggar komitmen untuk menjalankan RSPO," ungkapnya.