BISNIS.COM, SEMARANG – Investasi berbagai sektor di Jawa Tengah sepanjang 2013 di targetkan mencapai Rp114 triliun menyusul adanya beberapa perusahaan yang berencana melakukan pengembangan industri di provinsi ini.
Kepala Badan Penanaman Modal Daerah (BPMD) Jateng, Yuni Astuti mengatakan sebanyak 40 perusahaan yang telah berdiri di wilayah ini akan melakukan perluasan usaha dan 19 perusahaan baru akan memulai industrinya.
“Terdapat 19 perusahaan baru memulai konstruksi tahun ini terdiri dari berbagai industri, sehingga optimistis target sebesar Rp114 triliun tahun ini akan tercapai,” katanya kepada Bisnis, Senin (24/6/2013).
Menurutnya, investor baru akan di dominasi perusahaan garmen, disertai industri makanan, minuman, plastik dan lainnya yang mampu mendongkrak target investasi.
Sebelumnya, realisasi 2012 dari berbagai sektor seperti PMA, PMDN, migas, lembaga keuangan dan lainnya hanya mencapai Rp93,3 triliun jauh dari yang di targetkan sebesar Rp110,8 triliun namun tumbuh di bandingkan 2011 yang hanya Rp92,71 triliun.
Pengembangan investasi perusahaan baru di Jateng, katanya, banyak dilakukan karena secara geografis wilayah Jateng relatif dekat dengan ibukota dengan fasilitas pendukung pengangkutan yang cukup memadai.
Investasi Jateng selama ini di dukung tujuh kawasan industri yang enam di antaranya berada di Semarang dan satu kawasan di kabupaten Cilacap. Pengembangan kawasan selanjutnya di harapkan berkembang di wilayah Surakarta, Kabupaten Kendal, Demak, Boyolali dan Klaten.
Sebelumnya, Gubernur Jateng Bibit Waluyo menuturkan sejumlah perusahaan besar sudah masuk ke provinsi ini untuk mencari lahan baru untuk pembangunan industri terutama perusahaan garmen yang diarahkan berinvestasi di Demak, Kendal, Ungaran dan Boyolali.
Diketahui, sebanyak 60 industri bidang pertekstilan dan garmen dari Jawa Barat, Banten, dan Jabodetabek berencana merelokasi dan memperluas usahanya ke Jateng karena ketersediaan lahan di wilayah ini tinggi dan upah pekerja lebih murah.
Wakil Ketua Umum Bidang Investasi Kadin Jateng, Didik Soekmono mengatakan rencana relokasi maupun perluasan sejumlah industri dari Jabodetabek ke wilayah Jateng memberi peluang tumbuhnya kawasan industri di provinsi ini.
Menurutnya, ketersediaan lahan di wilayah Jateng cukup luas namun kadang tidak sesuai untuk pengembangan kawasan industri sehingga menghambat investor untuk menetapkan investasi.
“Calon investor yang akan membangun kawasan industri itu juga terkendala harga lahan yang mahal sehingga kurang layak untuk investasi,” tuturnya. (dot)