BISNIS.COM, JAKARTA -- Mayoritas siswa Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI) di Indonesia gemar jajan meskipun jajanannya tidak sehat.
Oleh karena itu, kantin yang sehat dan higienis pun diperlukan untuk memenuhi kebutuhan gizi dan memelihara ketahanan anak.
Temuan itu dipaparkan oleh Roy A. Sparringa, Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), dalam Seminar Kantin Higienis Sunlight, Kamis (20/6).
Roy memaparkan 69% Penganan Jajan Anak Sekolah (PJAS) didapatkan di kantin, sedangkan 28% didapatkan di sekitar sekolah. PJAS harus memenuhi tiga kriteria, yaitu aman, bermutu, dan bergizi.
BPOM menjalankan aksi nasional PJAS demi mencapai tiga kriteria PJAS. Sayangnya aksi tersebut belum banyak diketahui oleh guru SD.
Sementara itu, seorang guru SDN Karet 06 Jakarta, Fitnawati, mengaku belum pernah mendengar aksi nasional PJAS.
Dia pun masih menemui keberadaan PJAS tidak sehat di sekolahnya.
"Dalam kompleks sekolah saya terdapat tiga sekolah. Tidak ada pengelolaan kantin, mungkin yang dikelola hanya tukang jajanannya saja bukan bentuk makanannya. Karena yang saya tahu masih ada makanan yang tidak layak dikonsumsi anak tapi masih tetap ada", kata Fitnawati.
Ubah Perilaku Program aksi nasional PJAS bukanlah pembangunan fisik semata, perubahan perilaku juga diperlukan untuk menjamin ketersediaan PJAS yang sehat dan higienis.
Menurut pakar kesehatan Dr Nurrahmiati kontaminasi bakteri pada makanan bukan hanya disebabkan oleh bahan baku saja tetapi juga peralatan makan dan perilaku penjual makanan.
"Seharusnya mencuci peralatan itu dibawah air yang mengalir. Memang boros, tapi kalau kita sakit akan lebih boros lagi," kata Nurrahmiati.
Nurrahmiati juga mengatakan bahwa sebaiknya spons tidak ditinggalkan dalam keadaan basah saat selesai mencuci piring.
Bak pencucian piring untuk mencuci peralatan kotor dan bahan makanan pun sebaiknya dipisahkan untuk mencegah kontaminasi silang. (Antara)(Foto:kemenkes)