SINGAPURA—Pasar negara-negara berkembang mulai dari Indonesia, Brasil hingga India, dan Thailand mengambil langkah untuk membendung aliran modal seiring dengan memuncaknya kekhawatiran bahwa negara-negara maju akan segera menghentikan aliran likuiditas.
Bank sentral India menjual dolar dalam 2 hari terakhir guna membendung pelemahan nilai tukar rupee. Sama halnya dengan India, Thailand juga menjual cadangan dolarnya selama sepekan terakhir.
Sementara itu, Brasil akan melonggarkan sebagian dari pengendalian modal yang mulai diterapkan sejak 2010, di saat Federal Reserve melakukan pelonggaran kuantitatif untuk periode kedua (dikenal dengan istilah QE2).
Manuver yang dilakukan negara-negara berkembang tersebut terjadi setelah Bank Sentral Jepang (BoJ) memutuskan untuk tidak menambah stimulus bahkan setelah terjadi kemerosotan saham Jepang yang berisiko mengancam agenda pemulihan ekonomi Negeri Sakura itu.
Indeks Saham Pasar Negara Berkembang MSCI anjlok 10% sejak Chairman The Fed Ben S. Bernanke mengatakan pada 22 Mei bahwa bank sentral Amerika Serikat dapat menghentikan pembelian aset jika mereka telah cukup yakin dengan keberlanjutan pertumbuhan ekonomi.
“Orang-orang menarik uang dari sirkulasi, dimanapun mereka menghasilkan uang dalam jumlah terbanyak,” ujar Tim Condon, Kepala Peneliti INP Groep NV di Singapura, seperti dikutip Bloomberg.
Dia menilai pasar membentuk ulang harga terhadap apa yang akan mereka lihat dari normalisasi imbal U.S. Treasury, dan yang dapat dilakukan oleh bank sentral saat ini adalah menanggulangi pergolakan. Menurutnya, akhir dari volatilitas tersebut masih belum akan terjadi dalam waktu dekat.