TOKYO—Para pejabat Bank of Japan menahan diri dari kebijakan lanjutan untuk mengatasi volatilitas pasar obligasi, dan berpegang pada rencana April untuk menggandakan basis moneter seiring dengan upaya mereka dalam mencapai inflasi guna memicu pertumbuhan.
Gubernur Haruhiko Kuroda dan dewan BoJ mempertahankan fasilitas pinjaman dengan suku bunga tetap selama setahun yang telah diterapkan bank sentral di tengah meningkatnya imbal obligasi untuk pertama kalinya dari rekor terendah pada April.
Sebelum rapat kebijakan BoJ pada 10-11 Juni, para pejabat terpecah oleh perbedaan pendapat tentang apakah mereka harus memperpanjang jatuh tempo pinjaman menjadi 2 tahun.
“Kuroda tidak ingin BoJ dipandang kembali ke era gradualisme,” ujar Hiroshi Shiraishi, Ekonom Senior BNP Paribas SA di Tokyo, seperti dikutip Bloomberg.
Dia menambahkan Kuroda ingin menyampaikan pesan yang jelas bahwa tujuan yang paling utama adalah inflasi.
Oleh karena itu, lanjut Shiraishi, Kuroda menilai peningkatan imbal obligasi adalah hal yang wajar di tengah proses pencapaian tujuan tersebut.
Yen menguat dan saham menurun setelah BoJ membuat pengumuman hari ini, Selasa (11/6/2013).
Pada saat bersamaan, para investor mempertanyakan apakah kebijakan ekonomi Kuroda dan Perdana Menteri Shinzo Abe telah efektif.
Menurut Shiraishi, terdapat kekhawatiran BoJ akan kembali pada strategi inkremental dalam merespon pergolakan pasar. Strategi tersebut telah terbukti gagal di masa lalu.