BISNIS.COM, SINGAPURA--Pusat perbelanjaan di Singapura menawarkan keuntungan investasi ritel terbesar di Asia Pasifik karena pertumbuhan ekonomi dan demografi yang melecut konsumsi.
Menurut Aviva Investors Asia Pte., perusahaan asuransi terbesar kedua di Inggris, unit ritel di pinggiran kota yang memenuhi permintaan penduduk akan menawarkan imbal hasil yang lebih besar ketimbang pusat perbelanjaan di tengah kota.
Mal di negara pulau tersebut, menurut prediksi Aviva, dapat menghasilkan imbal rata-rata per tahun sebesar 8% dalam 2 tahun ke depan, sementara unit ritel di wilayah pinggiran akan menghasilkan imbal rata-rata per tahun 9%-10% selama periode yang sama.
Para investor bertaruh terhadap ekonomi Singapura, yang secara mengejutkan melesat pada kuartal sebelumnya seiring dengan penguatan di sektor jasa dan konstruksi.
Berdasarkan perkiraan Standard Chartered Plc, penjualan ritel di pusat distrik bisnis Singapura meningkat 60% dalam 5 tahun ke depan. Adapun menurut prediksi Colliers International UK Plc., penjualan di wilayah pinggiran akan dihujani arus retailer dengan didirikannya berbagai mal baru yang dijadwalkan selesai tahun ini.
"Kami cenderung lebih tertarik dengan bisnis ritel di pinggiran Singapura," ujar Elysia Tse, Wakil Presiden Senior bagian Strategi dan Riset untuk Real Estate Asia Pasifik di Aviva Investors.
Menurut Tse, ritel adalah kelas aset yang paling stabil. Di lain pihak, pinggiran kota mencakup pertumbuhan demografi. Terdapat imbal yang stabil dan pertumbuhan yang cukup menjanjikan yang terbangun di dalamnya.
Setelah Singapura, Australia dan Selandia Baru menduduki peringkat masing-masing kedua dan ketiga menurut penilaian Aviva terhadap imbal hasil yang menyesuaikan dengan risiko. Hong Kong, China, dan Jepang juga termasuk dalam jajaran pasar ritel terbaik menurut Aviva. Kendati demikian, Aviva enggan menyebutkan performa spesifik dari pasar-pasar lain.
Pasar favorit Aviva, mencakup Australia, Singapura, dan Jepang. Ketiga pasar tersebut dinilai memiliki signifikansi di mana permintaan dari konsumen warga akan tetap menguat bahkan ketika penilaian ekonomi memburuk.
Kementerian Perdagangan Singapura mengatakan pada bulan lalu produk domestik bruto negara Asia Tenggara itu meningkat per tahun sebesar 1,8% dalam 3 bulan hingga Maret 2013. Nilai tersebut berbanding dengan proyeksi kemerosotan sebesar 1,4% pada April, dan nilai tengah dalam survei Bloomberg yang memperkirakan adanya kontraksi 1,2%.