Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

SOLAR MALANG: 3 Daerah di Jatim Dapat Tambahan Jatah

BISNIS.COM, MALANG--Daerah Malang Raya, yakni Kota Malang, Kota Batu, dan Kab. Malang, Jawa Timur, kelebihan pasokan solar bersubsidi sebesar 15%-20% dari kuota yang ditetapkan pemerintah.

BISNIS.COM, MALANG--Daerah Malang Raya, yakni Kota Malang, Kota Batu, dan Kab. Malang, Jawa Timur, kelebihan pasokan solar bersubsidi sebesar 15%-20% dari kuota yang ditetapkan pemerintah.

Ketua DPC Himpunan Swasta Nasional Minyak dan Gas Bumi (Hiswana Migas) Malang Teuku Rizal Pahlevi mengatakan pasokan normal atau sesuai kuota dari pemerintah untuk daerah Malang Raya sebanya 400 kilo liter (kl) per hari, tetapi kenyataannya justru melebihi dari angka itu.

“Karena itulah Pertamina lalu mengurangi pasokan solar bersubsidi ke SPBU-SPBU (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum) di Malang Raya sektiar 15%-20% dari pasokan sebelumnya,” katanya, Senin (22/4/2013).

Kelebihan pasokan sebesar 15%-20% itu, kata dia, jauh lebih tinggi dari angka kelebihan pasokan solar berubsidi secara nasional yang mencapai 8%.

Karena itulah, pengurangan pasokan solar bersubsidi di Malang lebih banyak bila dibandingkan beberapa daerah lainnya. Dampaknya antrean kendaraan yang akan membeli solar bersubsidi pun menjadi panjang.

Tanpa ada kenaikan harga BBM, dia memperkirakan, sulit bagi Pertamina untuk memasok solar bersubsidi sesuai dengan kebutuhan SPBU, termasuk yang ada di Malang Raya.

Pertimbangannya, karena Pertamina tidak mau rugi karena pemerintah hanya bertanggung jawab atas pembayaran subsidi seperti yang telah ditetapkan dalam APBN.

Jika BBM naik, maka pemerintah masih berkemampuan untuk membayar subsidi BBM meski tingkat konsunsi masyarakat naik. Subsidi yang dibayarkan pemerintah ke Pertamina masih dalam jangkauan subsidi yang ditetapkan dalam APBN.

Pemilik SPBU di Jl Panglima Sudirman Heryadi Santoso mengatakan pengurangan pasokan solar bersubsidi di stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) di Kota Malang, Jawa Timur, justru lebih tinggi dari 20%. Pengurangannya hingga 50% sejak 1 April lalu.

Sebelum 1 April pasokan solar bersubsidi mencapai 8.000 liter-16.000 liter per hari namun sejak 1 April hanya mencapai 8.000 liter per dua hari.

“Jadi pengurangannya tidak hanya volume, tapi juga tanggal pengirimannya,” katanya.

Dia tidak tahu, mengapa pasokan solar bersubsidi dikurangi 50% lebih. Namun dia menduga kebijakan Pertamina tersebut terkait dengan pengurangan konsumsi solar bersubsidi yang sudah melampaui kuota serta menjelang kenaikan BBM seperti yang diwacanakan pemerintah.

Pengurangan pasokan solar bersubsidi ke SPBU, lanjut dia, tidak sampai membuat antrean kendaraan di fasilitas tersebut.

Konsumen tidak mengganti konsumsi solar bersubsidi dengan Solar Pertamina Dex atau solar non-subsidi karena selisih harganya tinggi. Harga Solar Pertamina Dex mencapai Rp11.500 per liter, padahal solar bersubsidi hanya Rp4.500 per liter.

Karena itulah tingkat konsumsi solar non-subsidi di SPBU Jl Panglima Sudirman seret. Dalam satu bulan, hanya laku ratusan liter.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Choirul Anam
Editor : Yoseph Pencawan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper