BISNIS.COM, JAKARTA-Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengimbau para komandan TNI belajar dari pengalaman kasus Cebongan dengan menghabiskan lebih banyak waktu untuk mengenal pribadi setiap bawahannya.
SBY, yang berkarier sekitar 30 tahun sebagai anggota TNI AD, mengatakan ada 2 jenis pola kepemimpinan dalam hubungan keprajuritan. Pertama, kepemimpinan sebagai commandership dan kedua kepemimpinan sebagai leadership.
Penerapan leadership, lanjutnya, penting jika seorang pemimpinan ingin menyejahterakan anggota dan bukan sebatas memenuhi tugas pokok yang diberikan kepada satuannya.
"Leadership ini lebih dalam, berkaitan dengan the hearts and the mind [hati dan pikiran]. Sebagai pimpinan kita harus tahu dalam hati anak buah. Seorang Jenderal biasanya ada 3, commandership, leadership dan manajerial," kata Presiden di Mabes TNI AD, Selasa (9/4).
SBY mengatakan komandan yang kenal baik dengan anak buahnya bisa mengetahui potensi bentrokan antara anggota TNI maupun Polri. Bentokran tersebut, lanjutnya, lazim terjadi di semua tingkat dari antar satuan hingga antara individu dalam satu angkatan.
"Seorang komandan yang tidak tahu menahu dia harus tanggung jawab. Pikirkan juga keluarga [anak buah], peduli dan peka atas apa yang terjadi di satuannya," katanya.
Presiden menegaskan TNI dan Polri harus bisa mencegah agar tidak ada satupun anggota yang melanggar HAM yang bisa terjadi karena masalah sekecil apapun.
"Biasanya hal yang besar berangkat dari hal yang kecil. Hanya ada 1-3 prajurit langgar HAM dampaknya bisa ke internasional, sampai ke negara tetangga hingga ke PBB," kata SBY.
Kepala Staf TNI AD Pramono Edhie Wibowo mengakui perbedaan sistem penugasan dalam TNI sekarang sedikit mengubah pola hubungan antara pimpinan dan bawahan.
Dia mengatakan imbauan Presiden harus menjadi bahan bagi para pemimpin TNI sebagai bahan koreksi diri. Tugas kepemimpinan, tegasnya, harus meliputi menjalin kedekatan antara pemimpin dan anggota.
"Saya bukan menuduh prajurit sekarang menjadi komandan video game, bidang penugasannya mungkin berbeda, itu menjadi koreksi kami semua," kata Pramono.
(Faa)