BISNIS.COM, BALIKPAPAN--Komoditas bawang putih dan cabai rawit mengerek inflasi Balikpapan pada Maret 2013 hingga 0,87% sehingga menjadikan kota itu mengalami inflasi terbesar kedua di Pulau Kalimantan.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Balikpapan Syahruni mengatakan andil inflasi bawang putih dan cabai rawit berturut-turut mencapai 0,29% dan 0,24%. Apabila dijumlahkan, kedua komoditas ini sudah menyumbangkan 60% dari total inflasi yang terjadi sepanjang Maret.
“Meskipun sudah diperkirakan kenaikannya, tetapi tidak terduga juga kalau sampai sebesar ini capaiannya,” ujar Syahruni, Senin (1/4/2013).
Selain dua komoditas tersebut, daging ayam ras, ikan layang segar dan biaya sewa rumah menjadi faktor penyebab lain dari terjadinya inflasi di Balikpapan.
Adapun bawang merah, menurut BPS Kota Balikpapan, hanya memberikan andil inflasi sebesar 0,08%.
Sebagian besar komoditas ini berasal dari kelompok pengeluaran bahan makanan yang memberi andil terbesar terhadap inflasi dibandingkan enam kelompok pengeluaran lain.
Tercatat andil kelompok bahan makanan mencapai 0,75%, disusul kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 0,08% dan kelompok kesehatan sebesar 0,03%.
Syahruni juga menambahkan adanya tiga kelompok pengeluaran yang mengalami deflasi sepanjang Maret yakni kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau, kelompok sandang dan kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga.
“Makanan jadi mengalami deflasi 0,004%, sandang sebesar 0,001% serta pendidikan sebesar 0,0031%,” katanya.
Anggota Dewan Penasihat Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kota Balikpapan Tutuk S.H. Cahyono mengakui bawang putih dan cabai rawit menjadi penymbang terbesar inflasi daerah.
Khusus cabai rawit, rencananya TPID akan menyasar khusus penyebaran bibit kepada masyarakat melalui Program Rumah Pangan Lestari (RPL) guna memenuhi konsumsi rumah tangga.
Selain itu, pihaknya juga akan memulai pembudidayaan bawang merah skala kecil yang bisa memenuhi kebutuhan rumah tangga.
“Itu semua nanti akan masuk dalam program RPL yang akan diluncurkan oleh TPID bersama pemerintah,” tukasnya.
Adapun untuk bawang putih, pengembangannya tidak mungkin dilakukan karena kondisi cuaca yang tidak sesuai dengan tanaman. Sama seperti kebanyakan daerah lain di Indonesia, pasokan bawang putih masih banyak mengandalkan dari impor.
Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi (Disperindagkop) Kota Balikpapan Doortje Marpaung mengaku pihaknya hanya bisa menghimbau dan memonitor harga yang ada di pasaran.
Pemerintah daerah tidak memiliki kewenangan untuk menekan pedagang dalam menentukan harga jual di pasar. (wde)