BISNIS.COM, JAKARTA-Pagu indikatif anggaran Kementerian Pertahanan sebesar Rp1,1 triliun terpengaruh akibat penundaan proyek pengembangan pesawat tempur KF-X/IF-X antara Pemerintah RI dan Korea Selatan.
Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Pertahanan Brigjen TNI Sisriadi mengatakan Pemerintah Korsel melalui surat resmi yang dikirim oleh Defense Acquisition Program Administration (DAPA) berinisiatif untuk menunda produksi pesawat tempur KF-X/IF-X selama 1,5 tahun sampai dengan September 2014.
Penundaan tersebut terjadi karena Parlemen Republik Korea belum setuju menyediakan anggaran yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan tahap program EMD Phase (Engineering and Manufacturing Development Phase).
"Bagi Indonesia, penundaan tahap EMD program KF-X/IF-X akan berdampak terhadap rencana anggaran yang telah disiapkan pemerintah. Dengan adanya penundaan tahap EMD, pagu indikatif anggaran sebesar Rp1,1 Triliun tidak mungkin diserap sepenuhnya," ujarnya.
Proyek pembangunan pesawat tempur KF-X/IF-X atau generasi 4,5 Korean Fighter Xperiment merupakan hasil kerja sama Pemerintah Indonesia melalui Kemhan dengan Korsel melalui Defense Acquisition Program Administration (DAPA).
Sisriadi menjelaskan penundaan produksi terjadi pada tahap kedua dari total tiga tahap pengembangan pesawat yakni tahap Engineering and Manufacturing Development Phase (EMD Phase).
Adapun tahap pertama yakni technical development telah dilakukan dan tahap terakhir yakni pembuatan prototipe pesawat tempur. Pada masa penundaan, Pemerintah Republik Korea akan melaksanakan economic feasibility study terhadap program ini.
"Sehubungan dengan itu, Pemerintah Korea tidak akan melakukan terminasi program pengembangan pesawat tempur KF-X/IF-X, mengingat dana yang sudah dikeluarkan Pemerintah Korea sangat besar," ujarnya.
Penekanan untuk tidak akan melakukan terminasi program tersebut, lanjutnya, ditegaskan dalam Joint Committee ke-4 pada 10 - 11 Desember 2012.(foto: defence.pk)