Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

KONFLIK SURIAH: Angka perceraian naik 45%

DAMASKUS--Angka perceraian telah melonjak sampai 45%,  sementara angka perkawinan telah anjlok lebih dari 40% di Suriah, sejak meletusnya protes massa terhadap pemerintah hampir dua tahun lalu, demikian hasil satu survei baru-baru ini oleh media

DAMASKUS--Angka perceraian telah melonjak sampai 45%,  sementara angka perkawinan telah anjlok lebih dari 40% di Suriah, sejak meletusnya protes massa terhadap pemerintah hampir dua tahun lalu, demikian hasil satu survei baru-baru ini oleh media lokal.

Dalam konflik yang terus berkecamuk antara gerilyawan dan pasukan militer pemerintah, orang Suriah yang bercerai dalam waktu dekat akan mengalahkan jumlah orang yang menikah, kata survei tersebut.

Jumlah itu menyoroti batas perubahan besar dalam kehidupan masyarakat Suriah, yang hidup di negara yang dirongrong kerusuhan dan dibebani pengangguran serta inflasi yang tersebar luas.

Maha, seorang ibu rumah tangga yang berusia 35 tahun, mengatakan rumah tangganya hancur berantakan saat keluarganya menderita akibat krisis selama 23 bulan.

"Suami saya telah menyulut pertengkaran dengan saya cuma gara-gara masalah sepele. Tampaknya, ia berusaha menggiring saya agar mengajukan gugatan cerai," kata Maha kepada Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Kamis pagi (21/2/2013).

Ibu tiga anak itu mengatakan sebelumnya semuanya berjalan mulus dengan suaminya --yang harus bekerja 10 jam sehari untuk mencari nafkah buat keluarganya. Namun tak lama setelah krisis meletus, "ekonomi kami mulai merosot dan ia akhirnya kehilangan pekerjaannya".

Ia mengatakan suaminya berusaha keras untuk mendapat pekerjaan lagi tapi sia-sia. Perempuan tersebut menambahkan tak seorang pun dapat membantu mereka sebab krisis itu mempengaruhi semua orang Suriah, seperti juga dia.

Survei tersebut juga menunjukkan sebagian pasangan mengajukan perceraian karena banyak alasan, yang tak ada sebelum krisis bergolak. Ada orang yang menceraikan pasangan mereka karena masalah apakah akan mendukung Presiden Bashar al-Assad, atau tidak.

 

Sementara itu, survei tersebut mengungkapkan perkawinan mengalami penurunan tajam di Suriah, terutama selama 10 bulan belakangan masa krisis.

"Saya kira kami berada di puncak keadaan bahwa perkawinan tak lagi menjadi pusat jalan hidup kami dan dalam menata hidup anak-anak kami," kata Ayham, akuntan yang berusia 35 tahun.

Ia menyatakan rakyat Suriah sekarang lebih suku menunggu dulu sebelum menikah akibat krisis yang berkepanjangan, yang membuat banyak orang tak mampu membiayai rumah tangga atau mendukung nafkah keluarga. (Antara/Xinhua-OANA/msb)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Martin Sihombing
Editor : Others
Sumber : Newswire

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper