Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PASAR OBLIGASI: Aliran dana asing masih bakal tertahan

JAKARTA-Aliran dana asing di pasar obligasi masih akan tertahan oleh fluktuasi nilai tukar rupiah dan laju inflasi Januari yang akan diumumkan pada pekan ini.

JAKARTA-Aliran dana asing di pasar obligasi masih akan tertahan oleh fluktuasi nilai tukar rupiah dan laju inflasi Januari yang akan diumumkan pada pekan ini.

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan Selasa (29/1/2013), total penawaran yang masuk dalam lelang surat utang negara (SUN) kali ini tercatat senilai Rp16,35 triliun, lebih rendah dari penawaran SUN sebelumnya yang sebesar Rp17,1 triliun pada 15 Januari 2013.

Pada lelang kali ini, investor banyak memburu SUN bertenor 10 tahun yakni seri FR0063 dengan permintaan sebesar Rp5,53 triliun pada kisaran imbal hasil 5,13%-5,40%.

Permintaan tertinggi lain tercatat pada seri SPN12140116 sebesar Rp4,7 triliun dengan kisaran yield 4,28%-4,81%. Sisanya, seri FR0064 dengan penawaran senilai Rp3,79 triliun pada kisaran yield 5,84%-6,09% dan seri FR0066 mendapat penawaran Rp2,32 triliun dengan kisaran yield 4,56%-4,78%.

Dengan mempertimbangkan yield yang diminta, pemerintah memutuskan menaikkan (upsize) target penerbitan sebesar Rp1,5 triliun dari target indikatif Rp7 triliun menjadi Rp8,5 triliun.

Adapun, rincian keempat seri yang dimenangkan yakni FR0063 dan FR0064 masing-masing sebesar Rp2,7 triliun dan Rp2,65 triliun dengan tingkat kupon sebesar 5,63% dan 6,13%.

Seri FR0066 dimenangkan dengan nominal Rp2,15 triliun dan tingkat kupon 5,25%.Terakhir, Seri SPN12140116 yang jatuh tempo pada 15 Januari 2014 dimenangkan dengan nominal sebesar Rp1 triliun.

Ariawan, analis obligasi PT Sucorinvest Central Gani, mengatakan kondisi permintaan di pasar obligasi pemerintah tidak jauh berbeda dibandingkan 2 pekan lalu. Menurut dia, investor cenderung belum terlalu agresif karena menganggap kondisi pasar utang nasional masih rapuh oleh depresiasi rupiah.

“Investor belum agresif karena kondisinya masih fragile dan volatil karena tekanan rupiah juga masih terlalu tinggi. Jadi mereka cenderung defensive,” ujarnya kepada bisnis, Selasa(29/1/2013).  (msb)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis :
Editor : Martin-nonaktif
Sumber : Lavinda

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper