BALIKPAPAN--Harga barang di Balikpapan yang sempat mengalami kenaikan akibat cuaca buruk yang mengganggu distribusi dari produsen yang berada di Jawa Timur dan Sulawesi Selatan mulai bergerak normal seiring membaiknya pasokan dari dua daerah tersebut.
Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi (Disperindagkop) Kota Balikpapan Doortje Marpaung mengatakan harga sejumlah bahan pokok yang sempat mengalami lonjakan seperti bawang merah, daging sapi, daging ayam ras dan telur sudah mulai bergerak turun.
Beberapa hari lalu, tambahnya, kenaikan harga sempat mencapai dua digit dari kondisi normal karena pasokan dari daerah penghasil mengalami kendala cuaca buruk.
"ini sudah mulai mendekati normal kembali. Memang belum sepenuhnya normal tetapi kalau pasokan terus bertambah pasti akan kembali lagi seperti kondisi normal," kata Doortje, Senin (28/1/2013).
Dia menambahkan ketergantungan pasokan dari luar daerah menyebabkan Balikpapan rentan terkena gangguan distribusi barang seperti yang terjadi awal Januari ini.
Akibat cuaca buruk, kapal pengangkut truk distribusi bahan pokok asal Jawa Timur dan Sulawesi Selatan harus tertahan di pelabuhan sehingga menyebabkan pasokannya terbatas.
Kenaikan harga tersebut, lanjutnya, merupakan proses alamiah karena ada gangguan pada sistem distribusi yang menyebabkan pasokan terhambat.
Namun, kondisi pelayaran yang mulai kembali beraktifitas menjadikan adanya tambahan pasokan bagi barang yang ada di Balikpapan.
Dia meyakini harga akan kembali normal karena hukum pasar yang mendorong perubahan harga sesuai dengan kondisi di lapangan.
Harga yang terlampau tinggi, katanya, juga akan merugikan pedagang karena keterbatasan jumlah konsumen yang mampu membelinya.
"Sebenarnya itu semacam sumbatan pasokan. Ketika pagi barang ada, terus siang berkurang dan hampir habis, nah sore ada lagi. Ini yang menunjukkan seolah-olah barangnya tidak ada jadi harga naik," katanya.
Kendati demikian, Pemkot Balikpapan telah memastikan stok bahan pokok masih mencukupi hingga Maret mendatang.
Asisten Perekonomian, Pembangunan dan Kesejahteraan Rakyat Setdakot Balikpapan Sri Soetantinah mengatakan stok tersebut berasal dari pengadaan akhir tahun yang dilakukan oleh pelaku usaha guna mengantisipasi momen Natal dan Tahun Baru.
Penyerapan barang yang tidak terlampau besar pada dua momen tersebut masih mampu menjaga ketersediaan stok barang setidaknya sampai Maret mendatang.
“Kalau dalam jangka pendek kami masih memiliki stok yang cukup sehingga tidak perlu khawatir,” ujarnya.
Anggota Dewan Pengarah Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kota Balikpapan Tutuk SH Cahyono berpendapat seharusnya kecukupan stok bisa mendorong harga cepat kembali ke dalam kondisi normal.
Apabila tidak cepat kembali, hal itu menunjukkan adanya struktur pasar oligopoli.
"Namanya sindrom ingus. Naiknya harga barang terjadi begitu cepat tetapi turunnya sangat lambat karena berbagai alasan," ujarnya.
Menurutnya, penambahan pelaku usaha akan menciptakan sumber-sumber distribusi baru yang akan bisa menjamin ketersediaan stok barang di Balikpapan.
Efek lainnya yakni pengubahan struktur pasar secara perlahan guna mencapai struktur pasar yang sempurna.
“Hasil penelitian BI [Bank Indonesia] Balikpapan kan pernah membuktikan kalau struktur beberapa komoditas penting tergolong oligopoli yang dikendalikan oleh beberapa orang saja,” katanya.
Selain itu, para pelaku usaha juga memiliki peluang usaha baru yang bisa dimanfaatkan untuk diversifikasi usaha atau untuk memulai usaha baru.
Menurutnya, hal tersebut justru akan mampu memacu pertumbuhan ekonomi regional yang berdaya saing karena mampu menciptakan struktur pasar yang lebih baik. (K46)