JAKARTA--Pemerintah Indonesia menggelar dua acara terkait dengan REDD+ di sela-sela acara KTT Perubahan Iklimn, Doha, Qatar untuk mempertegas komitmen pemerintah dalam pengurangan emisi gas rumah kaca dan kerusakan hutan melalui program tersebut.
Dua acara tersebut adalah konferensi dari Kementerian Kehutanan dan Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI) untuk menandai 15 tahun perjalanan Indonesia melakukan pengurangan emisi dari deforestasi bertempat di Qatar National Convention Center (QNCC). Sedangkan lainnya adalah diskusi yang digelar oleh Satgas REDD+ di Hotel Sheraton di Doha.
“Hutan adalah barikade terakhir dalam memerangi dampak perubahan iklim, dengan cara memerangi pembalakan liar dan perburuan satwa yang berada di hutan” kata Ketua Delegari RI untuk COP18 Rachmat Witoelar pada pidato pembukaan konfrensi Kementerian Kehutanan dan DNPI, dalam siaran pers yang dikutip Sabtu (08/12/2012).
Yuyu Rahayu dari Kementerian Kehutanan mengatakan sebagai upaya transparansi dan memperkuat basis data kehutanan di Indonesia, telah dibentuk Indonesia’s National Forest Monitoring System (INFS). Sistem pemantauan tersebut mengkombinasikan Forest Monitoring System dan Statistic System dengan tujuan untuk memudahkan akses informasi dan memperkirakan jumlah volume dan perkembangan berbagai macam hutan di Indonesia.
Sementara dalam acara Satgas REDD+ yang mengundang para pejabat tinggi dari negara sahabat dan organisasi PBB, ilmuwan dan tokoh masyarakat sipil dari berbagai sektor, Ketua Satgas REDD+ Kuntoro Mangkusubroto menuturkan perjalanan membangun kesiagaan REDD+ di Indonesia. Dia memaparkan REDD+ berperan penting dalam mengurangi emisi di Indonesia dan diarusutamakan ke dalam strategi pembangunan nasional Indonesia yang pro-job, pro-poor, pro-growth dan pro-environment.