DENPASAR–Pariwisata Bali memang tak lepas dari bisnis esek-esek. Perempuan dari berbagai kawasan ‘tersedia’ untuk memberikan jasa sahwat bagi lelaki hidung belang, termasuk para mojang dari Kota Bandung.
Siapapun pasti setuju, Kota Bandung memang terkenal karena gadisnya yang cantik-cantik. Dan sebagian kecil dari mojang Bandung ini terjerembab bisnis prostitusi di Pulau Dewata.
Berdasarkan penelusuran, lokasi cukup favorit bagi laki-laki yang ingin melampiaskan nafsu sahwat saat melancong ke Bali biasanya ke Pantai Kuta dengan lokasi sekitar Legian dan Sanur.
Dua daerah tersebut memang cukup dikenal sebagai kawasan bisnis esek-esek PSK perempuan lokal. Pada umumnya, perempuan tersebut datang dari Pulau Jawa. Dan Bandung disebut-sebut mendominasi PSK di lokasi ini.
Sebut saja, Debi, mojang Kota Bandung berusia 25 tahun ini nampak polos. Dia mengaku baru dua bulan bekerja di Bali sebagai PSK. Pada awalnya dia ditawari bekerja dengan tawaran gaji tinggi. Akan tetapi, pada akhirnya dia terjerumus ke dunia “hitam”.
“Awalnya, saya ditawari bekerja di sebuah cafe di Bali. Setelah di sini, ternyata malah kerja beginian. Saya sebenarnya ingin pergi, tapi tidak bisa berbuat banyak karena tidak punya ongkos untuk pulang,” ujar perempuan asal Cicaheum ini.
Menurutnya, semua PSK yang ada di Sanur terlilit hutang pada “bos” sebesar Rp12 juta. Uang sebesar itu dibebankan kepada para gadis untuk menutupi biaya transportasi, biaya tempat tinggal, makan, pakaian, dan alat komunikasi.
Tarif PSK
Meskipun tarif seks di Bali lebih tinggi dibandingkan di Bandung. Tetapi, para PSK ini ternyata tidak mendapatkan bagian uang yang besar.
Tarif terendah jasa PSK di kawasan ini Rp300.000. Akan tetapi, pekerja hanya hanya mendapatkan Rp50.000. Sisanya, masuk kantong majikan.
“Dalam semalam saya bisa dua sampai tiga kali melayani tamu. Karena perempuan yang ada disini ada 20 orang jadi lumayan bersaing,” ucap perempuan bertubuh semok ini.
Pada umumnya, tamu yang “diservisnya” merupakan penduduk Indonesia. Untuk turis asing, tersedia di tempat khusus.
Pengalaman hampir sama, Sinta, 23, mojang asal Cicadas, Kota Bandung. Menurutnya, banyak perempuan asal Bandung yang terjerumus menjadi PSK di pulau yang dikenal sebagai pusatnya turis.
“Kalau saya sudah tiga bulan bekerja di Bali. Saya kangen keluarga di rumah. Mereka tahunya saya bekerja di sini di sebuah hotel. Pengen pulang, tapi takut ancaman bos dan dijaga ketat,” ucapnya.
Selain tidak punya uang untuk pulang, dirinya mengaku tidak tahu jalan untuk pulang. Oleh karena itu, dia berharap mendapatkan pertolongan yang bisa membuatnya pulang ke rumahnya di Kota Bandung karena dia mengaku bekerja menjadi PSK tak lebih dari sebuah “siksaan”.(k6/yri)(FOTO: Ilustrasi/reuters)