DENPASAR: Hunian terpadu Citraland Denpasar melakukan pengembangan tahap kedua kluster residensial mewah Ballerina Park sebanyak 80 unit dengan 6 varian tipe seharga Rp 2 miliar - Rp 5 miliar..
Hongky Zein, General Manager Citraland Denpasar mengatakan, megaproyek joint operation (JO) antara Ciputra Group dengan PT Karya Makmur ini telah merampungkan tahap pertama sebanyak 170 unit.
Investasi fisik proyek di atas lahan seluas 18 hektare dengan total residensial 600 unit itu mencapai Rp75 miliar dan investasi lahan sekitar Rp1,17 triliun.
“Pengembangan tahap kedua ini menyasar kelas premium dan sebelum ditawarkan pada September-Oktober 2012 sudah terjual 20 unit,” katanya, Senin (19/11/2012).
Kluster Ballerina Park merupakan tipe pengembangan dari tahap sebelumnya, kluster Crystal Hill, yang memadukan konsep bangunan mewah modern dan wilayah hijau dengan tema taman sebagai ciri khas.
Hongky menjelaskan selain keunggulan sisi arsitektur dan kawasan pendukungnya, pengelola Citraland Denpasar juga melengkapi kenyamanan infrastruktur bawah tanah tempat jaringan listrik, internet, telepon, dan sistem keamanan 24 jam terintegrasi.
Lokasi yang strategis juga menjadi poin lebih ketika Citraland Denpasar yang berlokasi di kawasan Ubung ini dekat dengan berbagai sarana publik di antaranya sekolah international.
Kluster ini menawarkan 6 varian tipe luas residensial dua lantai tipe 12 x 21 (Amethyst), 10 x 21 (Beryl), 10 x 19 (Franz), 9 x 19 (Giovanni), 10 x 16 (Haydn) dan 8 x 16 (Danburte).
Kluster Ballerina Park ini dibanderol mulai dari Rp2 miliar hingga Rp5 miliar. Melihat dari harga tersebut, Ballerina Park mempunyai sasaran yang berbeda dibandingkan tahap pertama yang berkisar Rp1,5 miliar-Rp3,5 miliar.
“Kami menargetkan tahun depan sudah terjual semua agar pengembangan tahapan ketiga sudah dimulai juga pada tahun depan,” ujarnya.
Konsep pengembangan Citraland Denpasar tersebut terdiri atas empat tahap pembangunan dengan total residensial sebanyak 600 unit, 100 ruko mewah dan waterpark.
Melihat animo masyarakat, konsumen lokal merupakan kontributor utama kawasan resindensial dengan porsi sebesar 70%, sisanya berasal dari konsumen luar daerah.
Untuk penggunaannya, saat ini masih dalam porsi yang seimbang antara kepentingan untuk rumah tinggal dan untuk sektor investasi.
Ciputra Group melalui PT Ciputra Property juga merencanakan pembangunan wisata terpadu seluas 80 hektare dengan nilai investasi Rp3 triliun di kawasan Tabanan tahun depan. Beberapa fasilitas yang akan dibangun dalam kawasan tersebut diantaranya hotel, shopping center yang dilengkapi art center dan museum.
Sebelumnya, Ciputra sempat membangun proyek di sektor akomodasi pariwisata yakni Patmase, Jimbaran pada 2003 dan Villa Kuta Regency (1998).
Pengamat ekonomi dari Universitas Udayana Prof Wayan Ramantha mengatakan ekspansi Ciputra Group di Bali menandakan prospek investasi properti yang begitu besar di Bali.
Ia menampik kesan keberadaan pelaku properti lokal yang khawatir tergeser dengan adanya group properti besar. Bahkan, Ramantha menyebut pelaku properti lokal tidak mau kalah dan ekspansi keluar daerah seperti Lombok ( NTB) dan Sumba (NTT). (k2)
