MALANG--Pemkot Malang segera mengeluarkan sertifikasi untuk para jagal sapi untuk mengendalikan kualitas daging yang beredar di pasaran.
Direktur Rumah Potong Hewan (RPH) Kota Malang Djoko Sudadi mengatakan dengan adanya sertifikasi tersebut diharapkan daging sapi yang beredar mudah diawasi dan dikendalikan kualitasnya.
“Terutama menjelang puasa dan Lebaran mendatang agar konsumen dan pedagang daging tidak dirugikan,” ungkapnya, Rabu (11/7/2012).
Mengingat, puasa dan Lebaran berpotensi terhadap peredaran daging yang tidak berkualitas. Dengan adanya sertifikasi tersebut, setiap pemotongan sapi pedaging yang dilakukan oleh tukang jagal akan dijamin halal dan berkualitas.
Karena sebelum menjalani pemotongan, setiap sapi potong akan menjalani pemeriksaan kesehatan. Pemeriksaan tersebut untuk memastikan apakah sapi yang akan dipotong itu dalam kondisi sehat dan bebas penyakit berbahaya bagi kesehatan manusia.
“Saat ini sebanyak 40 pengelola RPH di Malang tergabung dalam Himpunan Pedagang Muslim Indonesia (Hipmi) Seksi Jagal.”
Sertifikasi para pejagal sapi tersebut, ujar dia, akan dilakukan pendataan mulai Agustus mendatang atau mendekati lebaran. Bagi pengelola RPH yang tidak bersertifikat sesuai Undang-Undang (UU) Peternakan dan Kesehatan Hewan diancam hukuman denda sebesar Rp25 juta.
“ Daging kualitas rendah biasanya dijual murah karena berasal dari sapi yang tidak sehat. Bahkan sebagian ditemukan bercampur daging babi. Karena itu masyarakat harus waspada.”
M. Sadli, salah seorang penjagal sapi asal Kotalama Malang, mengatakan telah mengantongi izin penyembelihan dari Dinas Pertanian dan Peternakan Kota Malang.
Harga daging sapi dari RPH, kata dia, saat ini berkisar Rp64.000 per kg dari sebelumnya Rp62.000 per kg. Sedangkan harga daging sapi di pedagang eceran melonjak sebesar Rp70.000-Rp80.000 per kg.
“Harga daging sapi naik akibat harga sapi melonjak menjelang lebaran. Harga sapi per ekor saat ini menembus Rp12 juta-Rp13 juta per ekor dari sebelumnya Rp9 juta-Rp10 juta per ekor,” jelasnya.(bas)
