Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

 

MAKASSAR: Produk domestik regional bruto atau PDRB Makassar, atas harga konstan, saat ini mencapai Rp36,73 triliun atau meningkat rata-rata Rp10 triliun jika dibandingkan dengan pencapaian pada tahun-tahun terakhir.
 
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Makassar, Ibrahim Saleh di Makassar, mengatakan PDRB Makassar dalam kurun waktu antara 3-5 tahun terakhir hanya sebesar Rp26,9 triliun. "Angka ini perlahan-lahan naik seiring dengan semakin besarnya nilai investasi yang masuk di Makassar," ujarnya hari ini, Kamis 17 Mei 2012. 
 
Dia menjelaskan, investasi yang masuk ke kota Makassar saat ini telah mencapai Rp37 triliun dengan pendapatan per kapita masyarakat Makassar sebesar Rp27,43 juta. Kondisi ini yang mendukung pertumbuhan ekonomi Makassar tumbuh hingga 9,3%. "Meskipun uang banyak yang beredar di Makassar, tetapi semakin besar juga dana yang keluar," kata dia.
 
Makassar, paparnya, saat ini masih memiliki sekitar 500 hektare (ha) areal industri, yang menurutnya, potensinya masih bisa dimanfaatkan investor menanamkan modal mereka di sini. Hanya saja, belum adanya izin prinsip pembukaan ekspor pelabuhan Makassar yang menjadi kendala investor membangun industri pengolahan di daerah ini.
 
"Selama ini kami hanya bisa mengekspor melalui pintu masuk daerah lain seperti di Surabaya dan Jakarta, akibatnya ekspor dari sini menimbulkan high cost (biaya tinggi). Ini penyebab investor malas membangun pabrik di sini," keluhnya.
 
Saat ini, Pemkot Makassar terus memperjuangkan ke pusat agar kran ekspor Pelabuhan Makassar dibuka apalagi 
Makassar selama ini telah menjadi pusat perdagangan komoditas di kawasan timur Indonesia. 
 
Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Sulawesi Selatan sebelumnya menilai komoditas andalan daerah ini belum masuk ke pasar domestik secara maksimal, akibat banyaknya barang impor dengan harga lebih murah.
 
Wakil Ketua Bidang Pertanian, Peternakan, dan Perikanan Kadin Sulsel Ilham Alim Bachrie mengatakan, lonjakan impor untuk komoditas serupa dengan harga yang jauh lebih murah, menjadi hambatan terbesar selama ini. ”Misalnya untuk komoditas beras, Sulsel memiliki kelebihan [over stock] 2,5 juta ton. Namun, saat ini belasan ribu ton di antaranya yang akan dikirim ke Batam, tidak bisa menembus pasar di sana,” jelas Ilham, 
 
Menurutnya, penyebab masalah ini karena cukup banyak beras impor misalnya dari Kamboja beredar di Batam. Jika beras Sulsel dijual dengan harga Rp8.000 per kilogram maka beras impor di sana dijual dengan harga Rp6.000 per kg.
 
Kondisi itu sudah menunjukkan persaingan yang tidak sehat. Oleh sebab itu pihaknya berharap, para pelaku usaha di Sulsel bisa mendorong pemerintah membatasi produk impor dan membuka kran ekspor dari Makassar. (sut)
 
 
 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : News Editor
Editor : Sutarno
Sumber : Hendra Nick Arthur

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper